Friday, March 30, 2007

Hasil Kajian Strategis Saya tentang Replikasi Model Grameen Bank Prof Moh Yunus (CARD Model)

Berhubungan dengan bahasan poverty alleviation (pengentasan kemiskinan) yang terus diupayakan dan dikumandangkan di negeri ini, khususnya paska kemenangan Prof Muhammad Yunus dari Bangladesh meraih Nobel Perdamaian 2006, maka saya sampaikan informasi bagi Anda. Bahwa pada bulan Maret 1999 tepatnya saat saya berada di Manila Filipina, saya pernah menyusun hasil studi strategis ilmiah mengenai model pengentasan kemiskinan melalui implementasi program micro-credit atau microfinance. Hal ini terkait dengan bentuk replikasi dari model Grameen Bank dari Prof Muhammad Yunus yang telah diinisasi sejak 1970-1980an, untuk diterapkan di Filipina.

Adapun judul hasil studi strategis saya, yang telah saya susun pada Maret 1999 tersebut berjudul:

“Bagaimana pola Bank/NGO CARD (Replikasi dari Model Grameen Bank Bangladesh – Prof Muhammad Yunus) berhasil Menjangkau Secara Efektif Masyarakat Miskin Melalui Implementasi Program Kredit Mikro (156 hal, Maret 1999).

Ada juga terjemahan bahasa inggrisnya. Hasil itu masih dalam bentuk buku makalah.
Buku ataupun makalah itu bisa diperoleh/dipinjam/dibaca di Perpustakaan Pascasarjana dan Sarjana Universitas Atmajaya Jakarta atau Perpustakaan LIPI Jakarta.

Demikian informasi dari saya, semoga ada manfaatnya.

Salam hangat,
Hans Midas Simanjuntak

Friday, March 16, 2007

Konsep Multi-Skills dalam Rancangan People/Career Development.

Konsep Multi-Skills terkait dengan rancangan People Development sedang ditumbuh-kembangkan di mana-mana. Hal ini dimungkinkan berhubung manusia (orang) semakin dilihat dalam konteks keutuhannya (holistik).

Beberapa pertimbangan apakah konsep multi-skills bisa atau dimungkinkan menjadi salah satu solusi dalam people/career development:

1. Konsep pendidikan dan pengembangan anak "multi-talent" sedang dikembangkan sejak 5-10 tahun terakhir ini, seperti di Singapore, Jepang dan juga sudah ada di bbrp tempat di Jakarta. Tujuannya kurang lebih si anak dikembangkan dan diarahkan bukan saja piawai dalam bidang arsitektur bangunan, tapi juga piawai/kompeten dalam bidang theologi-filsafat dan dan konduktor musik.

2. Plato sang filsuf pernah mengatakan orang yang bijaksana itu paling tidak 'harus' mengusai 3 cabang ilmu/kedisiplinan. Masih menguasai satu cabang ilmu, belum bisa dikatakan seorang yang bijaksana.

3. Dalam bidang people development, di kenal beberapa tipe SDM:

a) SDM tipe Employee.
Kiyosaki bilang tipe E. Lebih comfort dan aman bekerja dengan orang, sama orang; daripada kerja sendirian, mandiri. Karyawan tipe ini belum tentu dan tidak semua bisa mencapai jenjang menjadi karyawan profesional dan career-man. Ini banyak dijumpai di tanah air. Tipe ini sudah lebih baik dari kondisi menganggur, baik menganggur secara terbuka maupun menganggur tersamar (disguised unemployement). Tipe yang tidak capable sampai tingkat career-man, bisa menjadi "kutu loncat", bekerja serabutan tanpa arah, mocok-mocok, dlsb. Tipe ini kebanyakan masih dikontrol oleh sistem internal setempat.

b) SDM tipe karir, career-man.
Tipe SDM seperti ini masih diatur oleh orang/manajemen/lembaga/perusahaan; cendrung melakukan spesialisasi bahkan super-spesialisasi dalam jalur keilmuan, jenis knowledge, keahlian, sekaligus jalur karir sebagai career-man, karyawan/pegawai/pimpinan jalur karir. Tipe ini cukup banyak di tanah air, tapi tidak banyak benar. Tipe ini setinggi apapun karirnya, dikontrol oleh sistem internal setempat dan juga sistem eksternal.

c) SDM tipe self-employed, professional.
Tipe SDM seperti ini sudah tidak diatur orang lain/lembaga/perusahaan. Punya keahlian khusus, super spesialisasi yang mandiri, misalnya: konsultan, notaris, pengacara, dokter, dokter spesialis, akuntan publik, broker, agen, dst. Tipe ini juga agak banyak, tapi tidak banyak sekali. Tipe ini relatif bekerja mandiri, tidak dikontrol oleh sistem tapi justru membuat sistem bagi dirinya sendiri, namun masih dikontrol oleh sistem eksternal.

d) SDM tipe entrepreneur.
Tipe SDM ini adalah tipe wirausaha yang menjalankan usaha/bisnisnya cendrung melakukan spesialisasi bahkan super-spesialisasi dalam jenis produk atau jasa: misalnya mengkhususkan diri bergerak di angkutan bis, "bermain" di bisnis kaca, fiber, plywood, produk IT, alat2 elektronik, dll. Di tanah air yang banyak dijumpai adalah entrepreneur jasa dan perdagangan; UMKM. Tapi sedikit sekali, sangat kurang yang terjun sebagai entrepreneur di bidang manufakturing/desain2 produk fabrikasi dengan standard kualitas tertentu. Tipe ini tidak dikontrol oleh sistem internal, tapi justru membuat dan memberlakukan sistem internal bagi orang lain/karyawannya, meski masih dikontrol oleh sistem eksternal.

e) SDM tipe intrapreneur.
Tipe SDM ini adalah gabungan dari tipe karir (career man), profesional dan entreprenuer, sebagai career man bisa juga sekaligus menjalankan tugas profesionalnya dan usaha bisnis entrpreneurship yang sejalan dengan keahliannya, tanpa harus resigned dari pekerjaannya/karirnya. Jumlah ini relatif sedikit di tanah air. Tipe ini sebagian besar masih dikontrol oleh sistem internal setempat dan sistem eksternal.

f) SDM tipe agent of change.
Tipe SDM ini bisa berlatar belakang seorang career-man, self employed/profesional, entrepreneur dan/atau intrapreneur, namun bisa juga tanpa lewat jalur seperti itu; tapi cirinya dia tidak ingin masuk system/struktur lembaga terlalu dalam atau terlalu jauh (lebih suka di pinggir system). Tipe ini tidak terlalu diatur oleh sistem internal setempat (karena berada di pinggir sistem). Juga tidak terlalu diatur oleh sistem eksternal (di pinggir sistem juga). Dia sering disebut "the man or woman in between". Tujuan agak berbeda dari agen/broker dlsb pada jenis c) self employed, profesional; keberadaannya lebih kepada visi dan upaya untuk mentransformasi sistem, baik sistem internal maupun sistem eksternal ke arah yang lebih baik dan handal. Jumlahnya di negeri ini bisa dihitung oleh jari.

g) SDM tipe investor.
Tipe SDM ini bisa berasal dari tipe a s/d f, bisa juga tanpa lewat jalur2 demikian.
Memiliki berbagai macam akses terutama permodalan, investasi, aspek legal, kompetensi dll. Dia owner dari usaha, bisnis, lembaga atau organisasi yang dikembangkan. Tidak perlu lagi dia harus menjadi enterpreneur di lembaga atau usaha tsb, cukup dengan penyertaan modal, equity, saham dll maka dia dapat membuat serta mengontrol seluruh jalannya sistem organisasi dan orang2 di dalamnya.

Nah, mau ke arah tipe SDM mana kita dalam people development itu tergantung semua pada kita. Kalau untuk jadi career-man/tipe karir, atau self-employed dan professional, penguasaan satu disiplin ilmu secara lebih 'dalam' menurut saya cukup untuk bisa survive, bertumbuh dan berhasil di negeri ini.

Namun, jika hasrat, talenta, jati diri, panggilan dan 'kerinduan' kita adalah tipe2 lainnya, mungkin perlu memiliki lebih dari satu disiplin ilmu dan background knowledge seperti yang Plato katakan; namun bisa dikombinasikan membawa efek sinergitas yang tinggi.

Di Indonesia, banyak pengacara tapi juga pemain sinetron dan tokoh sport. Penyanyi yang sekaligus presenter dan pimpinan media. Ahli ekonomi yang konduktor musik klasik dan pengurus partai. Tapi banyak juga, yang pengacara dari dulu ya sampai sekarang pun puluhan tahun tetap jadi pengacara dan aktif dalam jaringan2 kepengacaraan. Ahli ekonomi pun juga begitu.

Tergantung kepada orangnya. Know ourselves, know our identity & talent/s.

Salam,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) :)

Foto udara Pulau Alor NTT

Foto udara Pulau Alor NTT
Photo, 2007