Rekans terkasih,
Apa yang saya tulis ini, merupakan tanggapan umum dari topik interaksi diskusi yang berkembang di milis doakan hkpb minggu ini.
Sorotan saya kali ini, adalah mengenai dua hal: Antara Demokrasi dan Tradisi.
Demokrasi sbg suatu gerak (motion) dan salah satu cara (a way) guna mencapai kemerdekaan dan kesejahteraan bermasyarakat dan bernegara, tak dapat dinafikan telah berkembang di masyarakat bangsa kita, tak terkecuali pengarunya dlm kehidupan gereja, berjemaat. Pengamatan saya, demokrasi kini sdg memasuki tahap survival untuk menemukan bentuknya dan kematangannya yang pas di negeri kita.
Di pihak lain, Tradisi entah itu dlm bentuk tradisi Gereja atau tradisi Habatahon (Kebatakan) tak dapat disangkal masih, tetap menunjukkan eksistensinya yang khas.
Pertanyaannya, apakah demokrasi sbg suatu proses dan gerak (motion) di masyarakat kita harus serta merta meniadakan tradisi? Atau dlm bahasa yg lebih lugas, haruskah demokrasi bertumbuh dan kembang dgn cara melabrak tradisi yang masih eksis ada? Di pihak lain, kita juga perlu bertanya apakah tradisi juga bersikap serta merta tidak memerlukan demokrasi dan proses demokratisasi di dalamnya?
Dialog dan dialektika komunikasi mgkn masih terus berlangsung. Mungkin sulit menemukan ujungnya. Namun, barangkali ada satu pencerahan yang kita harapkan. Bahwa antara Demokrasi dan Tradisi tidak mesti harus saling melabrak atau meniadakan. Tetapi bagaimana antar keduanya dapat saling isi-mengisi, mutual respect. Demokrasi membutuhkan tradisi sbg basis atau dasar utk melangkah berkembang ke arah liberty, kemajuan, kesejahteraan. Sebaliknya, tradisi pun butuh senantiasa di democratized, sekaligus di modernized. Agar dpt mengalami transformasi secara dinamis & seimbang, dinamis serta rasional.
Salam.
Tuesday, February 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment