Tuesday, June 23, 2020

Menjadi Entrepreneur Berdasar Nilai Semangat Kekristenan

#entrepreneurship
#protestanisme
#christianvalues

13 Juni 2020.

Menjadi entrepreneur atau intrapreneur (masih berstatus pegawai, namun ambil sambilan buka lapak misal lewat usaha/biz online), sebagaimana juga menjadi vlogger dan youtuber, kini banyak dilakukan oleh generasi muda Negeri ini.

Sebelum masa covid, juga di masa covid, diprediksi juga sesudahnya di era new normal.

Firman Tuhan ada mengatakan, "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan (Efesus 4:28).

Ini disampaikan oleh rasul Paulus, seorang yang menjadi rasul penginjil pengajar tangguh  namun bekerja berusaha pula sebagai seorang tent maker, pembuat tenda (baca Kisah Rasul 18:3).

Prinsip motivasi Paulus adalah berusaha bekerja keras, dalam pekerjaan baik (benar), meninggalkan cara2 yang tidak  benar (mencuri, cheating, korupsi  menipu, menggunting dalam lipatan) untuk kemudian hasilnya dipakai untuk tujuan pelayanan rohani dan diakonia, menolong sesama saudara yang berkekurangan.

Lebih kurang 1-2 dasawarsa lalu, bekerjasama dengan lembaga Yayasan Edelweis Sejahtera (YES), lalu entitas "Maxima Consulting" juga dengan badan PBB (ILO berpusat di Jenewa), saya pernah pula melatih ratusan calon2 entrepreneur dan intrapreneur muda di banyak daerah Indonesia.

Cukup banyak berhasil sampai hari ini masih menekuni kegiatan usahanya, a.l di bidang kuliner, toko obat,  material, pupuk agro, bimbingan belajar, dll.

Sosiolog Max Weber dalam salah satu bukunya pernah menengarai, bahwa adalah nilai2 Kekristenan (Protestanisme) yang mendorong semangat entrepreneur berbasis kemandirian hidup.

Saya mencatat ada sejumlah "F" yang memampukan orang miliki semangat kepeloporan yang tinggi dalam entrepreurship termasuk memicu spirit kewirausahaan sosial, pelayanan rohani (persekutuan, komunitas, christian ministry   gerejawi, paragerejawi).

Katakan itu prinsip biblical "5F" yaitu vital pentingnya unsur Faith (dasar iman kristen), Framework (dasar mindset pikir), Frontiers (pribadi2 yang menjadi pelopor, ujung tombak), Finance (faktor keuangan, finansial) dan Food for the poor (spirit diakonia sosial, helping the needy).

Pada awalnya entrepreneurship (start up business) memang diyakini akan cepat tumbuh lewat pembelajaran intens jatuh bangun, inkubasi process, mentoring).

Semakin dipupuk dan diulang keberhasilan yang dicapai (dengan pujian, motivasi) maka tingkatnya pun akan lebih mature dan hasilkan buah, berkat dan manfaat lebih banyak dan tetap (Yoh 15: 5-7)

Ia membawa semangat kepeloporan, perintisan di hampir banyak bidang hidup, tak hanya bisnis saja. (namun juga dalam hal perintisan persekutuan, pemuridan, gereja  komunitas sosial, lembaga, koperasi, proker baru, dst).

Marilah kita tumbuhkan  tingkatkan kembangkan semangat Entrepreneur kita, disertai kepeloporan, berbasis 5F sesuai dengan Nilai Semangat Kekristenan.


Hans Midas Simanjuntak
✝️🙏
***

No comments:

Post a Comment

Foto udara Pulau Alor NTT

Foto udara Pulau Alor NTT
Photo, 2007