Friday, July 3, 2020
Felix Culpa
Pernah dengar istilah Felix culpa? Kami pernah membahasnya dengan rekan Yadi S Lima soal ini pada sekitar tahun 2015.
Term Latin, Felix artinya bahagia, culpa artinya kesalahan, kekeliruan, kegagalan.
Jadi boleh diartikan "Happy fault", "kesalahan kegagalan yang membahagiakan."
Di kalangan Orthodox kristen, agaknya dianggap merupakan doktrin yang bermula dari dosa asal Adam.
Dalam tradisi Katolik, Felix culpa ada yang menilai sebagai spiritualitas untung.
Ini link nya,:
https://keuskupanbogor.org/felix-culpa/
Bisa dianggap sebagai keberuntungan/kebahagiaan, karena orang berdosa bisa memperoleh penebusan dari Yesus Kristus.
Dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai “Happy fault” atau "Kesalahan yang berujung pada keberuntungan", kira-kira masih ‘saudara sepupu’ dengan “Blessing in disguise”.
Mengutip opini alumni Budi bahwasanya masalah yang menggelayuti benak sebagian orang, adalah: Apakah setiap kesalahan pada diri orang percaya itu bakal menjadi “Felix culpa”?
Mungkin Roma 8: 28 menjadi ayat pendukung jika jawabnya “Ya”.
Jika jawabnya “Tidak”, mengapa ada kesalahan yang sungguh-sungguh memperoleh ganjaran hukuman berat (tanpa ampun) dari Tuhan?
Banjir Nuh serta peristiwa Sodom dan Gomora, misalnya.
Apakah ada ciri-ciri sebuah kesalahan yang bisa menjadi “Felix culpa”?
Ada kesalahan yang mendatangkan penyesalan yang tak berkesudahan, bukan?
Bahkan, ada kesalahan/kecelakaan yang bisa mengakibatkan yang bersangkutan gila atau tidak waras, sehingga tak bisa memahami apa yang disebut sebagai dosa, penebusan, pengampunan, apalagi pertobatan dan pengucapan syukur.
Kalau diaplikasikan di Indonesia: apakah kesalahan pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi itu bisa menjadi “Felix culpa” bagi pemerintahan sekarang, di mana pemerintahan Jokowi itu mengacu pada sebuah kebahagiaan/keberuntungan (meski belum tuntas, karena poriode ke2 nya kan masih berlangsung )?
Masalah berikutnya: apakah ada rumus rentang waktu tertentu untuk dapat memahami bahwa sebuah kesalahan itu akan mendatangkan keberuntungan?
Contoh yang dikemukakan misalnya terambil dari cerita 1 Samuel 8: 1-22,(silakan dibuka, dibaca) sifatnya adalah nasional.
Apakah “Felix culpa” itu bisa bersifat antarnegara atau internasional? Misalnya, kasus kesalahan saudara-saudara Yusuf mengakibatkan Mesir menjadi makmur.
Dalam nuansa kekinian, dana para konglomerat hitam yang diparkir di Singapura, bisa niscaya mendatangkan kemajuan bagi pembangunan Singapura.
Kemalangan di Indonesia mengakibatkan kemujuran bagi Singapura.
Pertanyaan berikutnya adalah: Apakah “Felix culpa” itu bisa terjadi tanpa pertobatan?
Dalam kasus Indonesia-Singapura itu siapa yang lebih perlu dan harus bertobat?
Diskusi macam ini mungkin pula kita perlukan untuk pencerahan jiwa.
Salam sehat, tetap semangat, dan terima kasih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment