Re: "Bagaimana Mencermati Solusi dan Mencari Model Transformasi Terbaik Untuk Menanggulangi Keterpurukan Bangsa"
Shalom, salam sejahtera,
Dua hari lalu saya baru kembali dari Surabaya dan bbrp daerah Jatim. Menghadiri event tingkat nasional dan dunia Pre Global Consultation II di Surabaya dengan tema "Hope for the Poor", dari tgl 21-25 Ags 2006 di Gedung JKI Gelora Pancasila dan tempat menginap di Country Heritage, Nginden seluruhnya di kota Surabaya.
Penyelenggara merupakan kerja sinergis antara Pondok Kasih Surabaya, Paguyuban Kristen BAKTI NUSA Indonesia, Bamag Surabaya, Keuskupan Katolik Jatim serta Tci Jakarta & Surabaya.
Peserta sidang pleno hampir 190 orang leaders dari berbagai domain Kristen dari seluruh Indonesia: pemimpin2 gereja/pendeta, komunitas pendukung gereja, LSM/gerakan lembaga2 pelayanan sosial kristen, media, birokrat/politicians Kristen, pengusaha/market place/wirausaha, "tent-makers", perguruan tinggi, jaringan doa, praktisi teknologi tepat guna, asosiasi pelayanan Kristen, pencinta lingkungan dan individuals. Tokoh2 gereja, jejaring dan transformation models luar negeri hadir, a.l. dari Korea Selatan (Dr Kim Il Bum dan Dr ill Young David), dari India (Prof. Vinod Shah), dari USA (Dr Luis Bush), dari Malaysia (Liem Eng Hoe), dari Australia (Gary Tucker), New Zealand (Julian Dobbs), dan masih banyak yang lain. Pembicara dan kesaksian transformasional dalam negeri, al. Bupati Belitung (Basuki), Iman Santoso, PhD (Link-TCI Singapura), Agus Suherman (Marketplace), Jim Yost (Sentani Papua), Daniel Alexander (Nabire), Hanna Ananda (Pondok Kasih Sby), Andy Suteja (DNA), Non Rawung (OBI), Hans Geni (Pesat), Dr Wayan Mastra dari Gereja Bali, Pancasila, Daniel & Josef) dan saya sendiri dari BAKTI NUSA.
Pimpinan2 focus group, al. dipandu oleh Dr. Togu Manurung (IPB Bogor, Penasehat Menhut RI), Mayjen Monang Siburian (Forum Pancasila, Daniel & Josef), Batara Sihombing (Media, COP), Tri Budiardjo (ICDS), Daniel Panji (NPC), dll.
Di Gelora Pancasila sendiri hadir sekitar 1800-2000 hadirin dari komunitas2 miskin hampir seantero Surabaya yang dikoordinasi oleh Pondok Kasih Surabaya, para rohaniawan lintas-agama (Kristen, Islam, Budha, Hindu, Kejawen), para birokrat, aktivis LSM, dll. untuk melakukan sarasehan inter-faith untuk perdamaian dan rekonsiliasi bangsa.
Acara sangat padat dan melelahkan, dari sessi ke sessi. Saya sendiri dari unsur Paguyuban Kristen BAKTI NUSA, kebagian sebagai salah satu Panitia Pengarah dan pembicara untuk mengkonsepsikan bagaimana model transformasi yang terbaik dan sesuai bagi daerah2 (kabupaten/propinsi) di Indonesia, terkait dengan pola kerjasama yang terbaik antara domain gereja2, komunitas pendukung gereja, LSM kristen, pengusaha/wirausaha Kristen terkait dengan peran media, perguruan tinggi, dst.
Hasil yang diperoleh dari Pre Global Consultation ini, dari apa yang bisa saya kumpulan adalah sbb:
1. Membangun jaringan model transformasional gereja, masyarakat dan bangsa dari Aceh sampai Papua, Sangir Talaud sampai Pulau Rote, dimulai dari model jejaring transformasional yang sudah ada.
2. Membangun transformasi projects secara holistik di daerah2 : (1) Paska gempa, (2) Wilayah tertinggal/terpuruk kantong2 Kekristenan, dan (3) Wilayah terpuruk perkotaan/kota besar.
3. Memberi masukan dan rumusan jelas untuk event Dunia "Global Hope for the Poor", antar gereja sedunia, antara NGOs, birokrat, wirausaha dunia di Hyderabad India, 24 Okt - 3 Nop 2006.
Follow up program-program yang akan diimplementasikan ke depan, a.l. :
1. Pertemuan 40 gereja2/sinode2 gereja dan komunitas2 pendukung gereja lainnya untuk membahas tindak lanjut Transformasi Indonesia, mencermati solusi2 mengatasi keterpurukan bangsa, di mana dan bagaimana peran Gereja masa kini. Terkait dengan panggilan menyuarakan suara profetik, apostolik dan pastoral (konseling). Tugas panggilan Gereja yang mesti diemban oleh Gereja dewasa ini secara konsisten: P6 (Peribadatan, Persekutuan, Pembinaan/ Pendidikan, Pemuridan, Penginjlan/Kesaksian dan Pelayanan), sinergi dengan komunitas dan lembaga2 pendukung Gereja. Mulai dari 1-2 gereja dan komunitas pendukung, melebar ke 12-15 gereja, 40 gereja dst.
2. Implementasi program-program tindak lanjut:
a). Disaster reliefs/crisis response di wilayah2 gempa, rawan gempa dan pasca gempa. Rekonstruksi di Nias/Aceh, pasca gempa di Klaten-Yogya, dst. Action kepada korban banjir bandang, gunung berapi, tsunami, lumpur panas, pencemaran lingkungan, illegal logging, illegal fishing, dst.
b). Social action ministry termasuk HIV/AidS, anak jalanan/terlantar, korban narkoba, perdagangan wanita, buruh, pengangguran, kemiskinan kota, dst, di kota-kota besar Jawa, Bali, Medan, Makassar sampai Papua.
c). Penyediaan air, community development: sanitasi, jalan, fasos, fasum, kampung improvement, clinics, posyandu, training kelompok pelatihan kesehatan masayarakat dll. di wilayah tertinggal: Mamasa, Mamuju, Bali Utara, Yogya Klaten, Luwuk Banggai, Bawakaraeng, Maluku Utara, Sangir, Maluku, seluruh Papua (Merauke, Jayapura, Wamena, Yakuhimo, Nabire, Kepala Burung, dll), Mentawai, Tapanuli, Nias, Landak, dst).
d) Micro Enterprises Development (MED), pengembangan UMKM, training2 pendampingan kelompok, bidang peternakan (babi, sapi, kelinci, kambing, dll), pertanian dan hortikultura, pendampingan individu, bio gas, pertanian organik, dll.
Dilanjutkan dengan pengembangan akses finansial mikro yang sustainable (bukan charity), berupa koperasi, CU, dana bergulir, pola arisan, pola CARD, rural bank, microfinance, dll). Terkait dengan sistem wholesaler, pola pendistribusian dan pemasaran hasil2 kelompok, trading-center, aplikasi teknologi tepat guna (pompa multi katup, tenaga kincir angin, bio diesel dari jathropa - tanaman jarak). Di daerah2 yang telah disebutkan di atas.
e) Peran bisnis, market place dalam empowering the poor, mengentaskan kemiskinan. Terutama peran riel di bidang pengadaan modal kerja/akses finansial, kesejahteraan buruh, peningkatan kualitas-kuantitas-kontinuitas produk/jasa, akses teknologi tepat guna yang memihak pada upaya menyejahteraan orang miskin, penyerapan dan penampungan pemasaran hasil-hasil produksi, dst. Di daerah2 yang telah disebutkan di atas.
f) Peran media, jaringan, teknologi informasi dalam mengentaskan kemiskinan (rincian detail tersendiri)
g) Peran jaringan doa (rincian detail tersendiri)
h). Peran trias politica. (rincian detail tersediri)
i) Peran perguruan tinggi dan rintisan pendidikan sekolah unggulan di beberapa tempat (rincian detail tersendiri).
Konsep holistik untuk pengentasan kemiskinan spiritual, psiko-mental-emotional, moral, fisikal dan environmental ini, disebut dengan "Christian Holistic Transformation Resource Center".
Khususn dalam kaitan dengan pelayanani kami, terkait dengan Paguyuban Kristen BAKTI NUSA Indonesia, konsep model transformasi ini disebut sebagai "Christian Holistic Transformation Body Axis". Kompetensi kami selama 20 tahun terakhir adalah dalam implementasi poin (a), (b), (c), (d), dan (e), terkait sinergis dengan sinode2 gereja/gereja dan jaringan global interkontinental, dikerjakan secara trans-denominasional melalui prinsip2 dan nilai2 transformasi, serta asas kemitraan yang sehat, fair dan equality. Model integrated micro enterprises development (IMED) juga sudah pernah diterapkan dan cukup berhasil terutama di era tahun 1989-2001 di 17 wilayah regional (kabupaten/propinsi) di seluruh Indonesia.
Demikian kira-kira laporan pandangan mata, dari arena event Pre Global Consultation Surabaya ini, mudah-mudahan info ini bermanfaat.
Mungkin terbersit pertanyaan di antara netters: dimana kira-kira peran dan posisi kita Perkantas, Lembaga2 Kajian, LK3 dll dalam derap bersama TBB dan BBB untuk transformasi bangsa bagi solusi mengatasi keterpurukan bangsa? Tentunya bukan untuk meninggikan diri pribadi atau lembaga per lembaga, namun memiliki asas kesetaraan dan saling isi-mengisi demi hormat dan kepujian bagi nama Kristus, Tuhan dan Raja kita.
Salam hangat,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) :)
Subscribe to:
Posts (Atom)