Monday, April 2, 2007
28 Kualitas Kepemimpinan yang Sangat Dibutuhkan bagi Pemimpin/Pemimpin2 Indonesia di Berbagai Bidang Pada Masa Sekarang.
Topik kualitas kepemimpinan tak pernah surut.
Soal kualitas kepemimpinan rupanya menjadi topik bahasan yang tidak pernah surut di mana pun, kapan pun, oleh siapapun dalam bidang/domain apapun dan oleh siapa pun. Banyak contoh. Termasuk terkait masalah di Timur Tengah (Palestina), syarat gelar S-1 untuk calon Presiden dalam RUU, kasus penggantian direksi Jamsostek, kasus2 yang menimpa sejumlah partai, lembaga agama, LSM/NGO dan perusahaan swasta, dll.
Banyak buku yang membahas soal kualitas kepemimpinan.
Banyak buku, ulasan di media cetak, internet, blogger mengulas sisi ini. Ditinjau dari berbagai sisi: theologi, spiritual, manajemen, psikologi, social, dll. Simaklah tulisan John C. Maxwell, Pozner, Kaplan, Robbins, D. T. Regan, Robert Clinton, Oswald Sanders, Peter Wagner, juga penulis/pembahas domestik seperti Sayogyo (soal peran pemimpin informal), Renald Kasali, P. Octavianus, Y. Tomatala, dll tentunya sesuai dengan persoalan dan konteks yang mereka angkat. Semua tidak lepas mengaitkannya dengan kualitas kepemimpinan.
Pandangan 100 narasumber Indonesia tentang Kualitas Kepemimpinan.
Berikut adalah hasil pandangan dari 100 nara sumber dari berbagai kalangan orang2 Indonesia sendiri mengenai urgen dan pentingnya kualitas kepemim-pinan. Diperoleh melalui metoda focus-sharing interviews (FSI), dalam bentuk pertanyaan terbuka/interaktif. Dari rangkuman kualitatif diperoleh ada 28 kualitas yang sangat dibutuhkan oleh Pemimpin/pemimpin2 Indonesia di berbagai bidang pada masa sekarang.
28 Kualitas Kepemimpinan yang Dibutuhkan Sekarang:
Inilah Ke-28 Kualitas Kepemimpinan yang benar2 sangat dibutuhkan saat ini, adalah sbb
1. Mengakui (secara terbuka maupun tidak), adanya otoritas yang lebih besar/lebih tinggi, utamanya adalah otoritas tertinggi yaitu Tuhan, Khalik alam semesta. Kepemimpinan berarti takut akan Tuhan, ketakwaan kepada Tuhan YME.
2. Punya integritas (kejujuran, ketulusan dan kebenaran); tidak munafik/hipokrit, tidak suka kebohongan atau ‘tipsana-tipsini’ (tipu-daya). Kepemimpinan berarti kejujuran.
3. Teguh memegang janji, tidak suka ingkar; sehingga bisa dipercaya (trustable). Kepemimpinan berarti kepercayaan.
4. Setia, konsisten pada amanat (amanah), panggilan dan bertanggung-jawab (moral, responsibilitas, akuntabilitas). Kepemimpinan adalah amanat, suatu panggilan dan tanggung jawab.
5. Visioner: punya visi, misi, wawasan dan strategi yang jelas, jauh ke depan. Kepe-mimpinan adalah misi.
6. Punya komitmen, disiplin, keteladanan, menjadi contoh/panutan; totalitas dalam pengabdian. Kepemimpinan adalah sejenis ibadah dalam lapangan kehidupan.
7. Punya jiwa seni dan keindahan (estetika); kesejatian, tidak artificial/dibuat-buat secara keterlaluan atau berlebihan (over-acted, ‘katro’, ‘kampungan’); sehingga kepemimpinan mampu membawa pesona & kekaguman yang wajar. Kepemim-pinan adalah seni dan kewajaran.
8. Mampu menjadi perekat seluruh elemen; mampu mempertautkan banyak perbedaan dan kepentingan banyak pihak, yang kadang saling berlawanan. Kepemim-pinan berarti merekatkan, mem-persatukan.
9. Kasih, penyayang dan toleran; mampu/mau memaafkan kesalahan orang lain. Kepemimpinan adalah kasih dan penyayang.
10. Punya jiwa ‘ngemong, melayani; tidak sombong/arogan, rendah hati. Kepemim-pinan adalah pelayanan.
11. Cerdas (intelligent), arif, bijaksana; tidak ceroboh dalam mengambil keputusan. Memiliki kemampuan2 konseptual (conceptual skills), entrepreneurial (entrepreneurial skills) dan manajerial (managerial skills). Kepemimpinan membutuhkan kecerdasan dan kapabilitas/ keterampilan.
12. Punya kesadaran, pemahaman dan ketaatan kepada hukum dan ketertiban, bertanggung-jawab (lawful) yang membawa pada kehidupan yang beradab (civilized). Kepemimpinan menuntut kesadaran, pemahaman, ketertiban (ordered) dan tanggung jawab hukum/yustisial.
13. Menghargai, menghormati (respek) kepada setiap orang, punya sopan-santun, tata-krama dalam nilai2 yang universal; tanpa memandang warna kulit, suku, agama, agama dan perbedaan2 kondisi dan latar belakang. Kepemimpinan berarti respek, hormat dan santun kepada semua orang.
14. Punya moral, etika; menolak segala upaya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dianggap baik sekalipun; tidak suka (benci, menolak) kebiasaan suap, segala bentuk penyelewengan (kekuasaan, wewenang, tata-aturan dan kepercayaan), bentuk2 korupsi/KKN, serta bentuk2 kekerasan/kekejaman, kejahatan dan kebiadaban. Kepemimpinan adalah moralitas, menuntut tanggung jawab moral dan etika.
15. Punya hati nurani, keadilan dan bersikap realistis; rasa empati yang tulus terhadap kepentingan dan persoalan yang dihadapi banyak orang/banyak pihak atau rakyat banyak, terlebih mereka yang hidup susah atau dalam kesulitan dan menderita. Mau mengerti, memahami dan menerima secara realistis, realitas keadaan yang sebenarnya. Mampu bersikap/bertindak adil berdasarkan hati-nurani, tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih (like and dislike) atau kebijakan ‘tebang-pilih’; yang bersalah siapa pun dia harus dikenakan sanksi/penalty/hukuman, dan yang benar layak diberikan reward atau penghar-gaan. Kepemimpinan menuntut hati nurani, rasa empati-penerimaan dan keadil-an (fair, justice).
16. Punya kreativitas dan kecerdikan (smart). Mampu mengubah problema, kelema-han dan kesusahan menjadi peluang/kesempatan untuk maju secara bersama. Mampu mengelola dan memanfaatkan kekuatan dan sumberdaya yang ada untuk peningkatan kinerja dan kemajuan bersama. Kepemimpinan menuntut kreativitas dan kecerdikan.
17. Punya keberanian, mentalitas dan hati yang kuat; tidak mudah tergoyahkan oleh godaan, tantangan dan ancaman, sebaliknya mampu membaca peluang serta mengelola/ memanfaatkannya untuk kemajuan bersama. Kepemimpinan menun-tut keberanian dan keteguhan hati.
18. Punya kelembutan hati, jiwa besar; tidak cepat reaktif untuk membalas; sudi mengalah, sudi mendengar/menerima segala kritik sepedas apa pun, dan selanjutnya mampu mengelolanya untuk tujuan pengembangan dan kemajuan bersama. Kepemimpinan menuntut kelembutan hati, jiwa besar dan kesudian menerima kritik.
19. Punya niat, tekad dan etos bekerja yang excellent; kemauan serta kemampuan untuk bekerja keras, serius, tekun dan profesional dalam memimpin dan berjuang; mengurangi sampai sedikit mungkin tingkat kesalahan, niat dan semangat memperbaiki (improve-ment) dan terus bertekad membangun, mengulangi serta meningkatkan keberhasilan; tanpa kenal lelah, tidak cepat merasa bosan, guna mencapai hasil dan kemajuan yang memuaskan. Kepemimpinan menuntut niat, tekad serta etos kerja yang profesional.
20. Punya jiwa bekerjasama, koperatif, interdependence, team-spirit; tidak egois; tapi selalu ingin berusaha dapat bekerja bersama dan memperluas network (jaringan) untuk kemajuan dan kepentingan/ kesejahteraan semua pihak, terlebih rakyat banyak. Kepemimpinan menuntut jiwa kerjasama, ketersaling-tergantungan dan network.
21. Bersemangat, antusias (esprit), penuh motivasi untuk maju secara bersama; berpikir positif (positive-thinking), tidak cepat mengeluh dan selalu mengucap syukur dan semangat selebrasi meski berada di tengah kondisi, situasi dan suasana sulit sekalipun. Kepemimpinan membutuhkan semangat penuh motivasi, positive thinking, ucapan syukur dan selebrasi (celebration).
22. Punya jiwa menghibur, humoris dan semangat keterbukaan; mampu membuat suasana dan sekeliling menjadi gembira, terbuka, cair, ada relaksasi, penyegaran dan perasaan nyaman (comfort) sehingga membuat banyak pihak atau seluruh pihak sedia untuk meneruskan perjuangan bagi kemajuan bersama. Kepemim-pinan membutuhkan kemampuan menghibur serta membuat orang gembira dan penuh keterbukaan.
23. Punya latar belakang keluarga, hidup keluarga (suami-isteri-anak) yang baik, harmonis (akur), terhormat dan sehat. Hidup pergaulan, interpersonal, ‘human-relationship’ yang baik dan sehat dalam komunitas, masyarakat dan berbagai kalangan luas. Kepemimpinan menuntut background keluarga yang baik, harmo-nis dan sehatnya kehidupan keluarga dan pergaulan.
24. Punya kondisi fisik-jasmani yang sehat, bugar, pola makan dan pengaturan hidup yang teratur; menjaga kesehatan, rajin berolah-raga dan berjiwa sportif. Kepemimpinan menuntut fisik-jasmani yang sehat, pola hidup sehat dan jiwa yang sportif.
25. Punya sikap mandiri; tidak manja, tidak mau selalu bergantung pada kekuatan orang lain/pihak lain sebagai prasyarat dapat bekerjasama/inter-dependence dengan orang lain/pihak lain; menjadi diri sendiri (be ourselves), kedaulatan pribadi tanpa menafikan kedaulatan yang dipunyai orang lain/pihak lain. Kepemimpinan membutuhkan spirit/jiwa kemandirian.
26. Punya jiwa dan semangat untuk survive, tidak gampang menyerah (tough), tetap berusaha/berupaya untuk mempertahankan serta memelihara kehidupan. Kepemimpinan membutuhkan semangat atau jiwa survival.
27. Menghargai hidup dan kehidupan; menghargai lingkungan. Menghargai alam-semesta sebagai rakhmat dan anugerah pemberian Tuhan. Kepemimpinan adalah hidup dan kehidupan.
28. Soal momentum & akseptablitas: Memerlukan waktu, momentum (chance, kesempatan, timing) yang tepat untuk diterima dan dipilih/terpilih secara legitimate (sah) oleh segenap khalayak atau stakeholders. Stakeholders di sini dapat berarti publik atau konstituen pemilih, para pendukung, para tokoh2 pendiri/senior, pembina, penasehat, pengawas, penilik, pembuat peraturan, penegak aturan, pengaman keputusan, pemfasilitasi (penyan-dang dana, investor/donors dan fasilitas lainnya), pengurus/komisaris, pelaksana dan anggota pelaksana, pelaku atau pemain (players), komunitas/ masyarakat pemakai jasa (users) dan masyarakat umum. Bisa berarti teman2, sahabat, mitra (partners) baik di lokal domestik maupun di luar negeri (global), bisa pula para pengkrisi (kritikus) serta lawan-lawan, pihak oposan, dan ‘musuh-musuh’ kepemimpinan, baik yang diketahui maupun yang belum/tidak diketahui atau dikenal.
Nothing is Impossible!
Nyatanya memang tidak mudah menjadi pemimpin/pemimpin2. Tapi bukannya tidak mungkin. Singkatnya, kualitas kepemim-pinan mencakup seluruh kualitas hidup manusia, baik vertical maupun horizontal. Holistik. Seluruh unsur lingkungan menerima kepemimpinannya, tentu dalam rupa2 tanggapan dan reaksinya. Dan yang yang ‘ultimate’ pada akhirnya restu, perijinan dan dan pimpinan Tuhan. Tuhan Benar2 ‘ Ada ’ bahkan ‘Maha Ada’, bukan angan2. Karena bagaimana pun Dia juga yang berhak menentukan: Tuhan yang ‘mengangkat’, Tuhan juga yang dapat ‘menurunkan’ atau ‘menjatuhkan’ seorang pemimpin/pemimpin2. Banyak orang bilang, ini sejenis factor keberuntungan, factor X. Orang Cina punya istilah ‘Hokki” meski konotasinya agak lebih banyak ke persoalan keberuntungan materi. Mungkin factor kebetulan.
Namun bagi Tuhan, sebenarnya tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Nothing is impossible. Begitu juga bagi manusia, soal kualitas kepemimpinan bukan suatu kebetulan, tapi juga suatu keniscayaan dan butuh perjalanan dan perjuangan!
For the glory of the Lord!
Salam,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment