Tulisan saya ini menanggapi posting Bung Andry Pakan di milist DH di bawah judul "Menyikapi Artikel Iones Rakhmat, Kompas 5 April 2007".
Soal artikel dan tulisan2 Bung Iones Rakhmat klerus/pendeta GKI dan dosen STT Jakarta selama ini memang menjadi salah satu tantangan cukup pelik bagi Gereja2, ministry2 tmsk Perkantas/PMK dan komunitas2 kristen lainnya yang setia mencintai/ mengakui otoritas Alkitab, Bible-base sebagai otoritas kebenaran tertinggi untuk kehidupan, terutama di bidang hermeneutik.
Lapangan bibliologi & prolegomena, spiritualitas, hermeneutik, sejarah theologi dan khasanah sejarah arkeologi biblika kristen di negeri ini kini bila ditelusuri ternyata bukan lagi hanya 'didominasi' oleh pure theological conservative hermeneutics. Tapi kini juga didominasi oleh teologi-politik hermenetika, filsafat-hermeneutika, sosial hermeneutika, community hermeneutics dan public hermeneutics. Tantangan yang dihadapi Theologia Orthodox Tradisional masa kini, kian nyata!! Kalau tidak ingin mengatakan, 'hare gene' banyak sekalia varian hibrid theologia hermeneutic ditemui, campur2 oleh karena makin saling kait-mengkaitnya 'beda tipis' antar cabang disiplin keilmuan, spektrum spiritualitas, sejarah dan model keimanan di negeri ini: lingkungan gereja, ministry dan masyarakat.
Di sisi yang lain, tantangan2 multi-threats yang dihadapi Gereja, ministry seperti Perkantas/PMK/ alumni dan komunitas2 kristen di era perubahan cepat seperti ini, bukannya sedikit. Kajilah fenomena2 seperti ini:
- Da Vinci Code dan buku2 yang sangat banyak terbit kini di Gramedia?
- Gereja/Kristen: konvensionalisme, evangelikalisme, karismatisisme atau postmodernisme?
- spiritualitas (kerohanian) dan spiritualisme?
- Islam, kristen, sekularisme barat atau generasi dangdut?
- Pembangunan jemaat (pendekatan) : spiritual, ekonomi atau sosial?
- pengentasan kemiskinan: jemaat dulu atau masyarakat dulu?
- Politik gereja/ministry: high-politics atau low-politics?
- Politik gereja/ministry: inward looking versus outwork looking?
- pluralisme atau singularisme agama?
- denominasi: self -denominasi oriented, inter-denominasi atau non-denominasi?
- comfort zone: aktualisasi status versus agen transformasi?
- demokrasi: kebenaran ada di golongan rakyat yang mana?,
- demokrasi atau kembali ke model-gaya otoriter/otoritaria nisme, atau kembali ke gaya militerisme,
- struktur organisasi dan kepemimpinan kristen/gereja: struktural formalisme/papalism e vs fungsionalisme vs organik (lingkaran).
dll. dll.
Kalau mahasiswa kristen, alumni kristen, PMK/Perkantas, penatua/diaken/ penilik, penyandang dana berikut leaders2 dan fasilitator2 lainnya dalam gereja/ministry hanya memikirkan 'lingkaran sendiri', inward looking, gaya safety-player, nyaman sendiri (sudah merasa puas dengan keadaan), feel established, mapan; dari kemapanan yang satu pindah cendrung pindah ke kemapanan yang lain, sibuk ditelan kesibukan (dalam tulisan hiragana Jepang sibuk dibaca dari bawah berarti 'kematian), maka...: yah.. sama saja, tidak akan hasil dan dampak apa2 kecuali kemunduran.. , keterpurukan, just as 'menara gading', hanya 'menang nama', kecuali akan tetap terus jadi garam namun jadi "gudang garam" yang ditumpuk2 terus di gudang2 sendiri, lama2 jadi busuk, pembusukan dari dalam. Takada pengaruh, tak ada change, tak ada revitalisasi/ reposisi dalam arti sesungguhnya.
Kembali ke soal kesadaran, kecerdasan menilik jaman dan situasi. Celik atau tidak mata hati dan rohani kita. Persoalan celik-mencelikkan ini dan kecerdasan nilik-menilik, harus menjadi tugas kita bersama.
Salam hangat,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) (:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment