Ini salah satu cerita tragedi mengenaskan dari Perjanjian Baru.
Menimpa atas orang, pasangan bukan dari kalangan umum atau sekuler. Namun anggota dari Gereja perdana, gereja mula2 warga kota Yerusalem yang pada zamannya sarat signs and wonders.
Kisahnya ada di Kisah PR 5: 1-11.
Ananias berarti 'Allah telah memberikan', atau 'Allah yang Rahmani', sedangkan nama Safira berarti 'cantik' atau 'yang jelita'.
Keren, bukan?
Namun yang keren dan tampak seperti kelihatan rohani, kadang tak semanis kisah perjalanan pasangan ini.
Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Kata Petrus kepadanya: “Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?” Jawab perempuan itu: “Betul sekian.” Kata Petrus: “Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.” (Kisah 5:3, 8, 9).
Pelajaran apa yang diperoleh dari peristiwa tragis ini, saya kira ada 3 hal:
1. Sikap berjaga, menguasai diri itu sangatlah penting. Jangan karena sudah merasa terhitung sebagai orang percaya anggota Gereja perdana, maka pasangan Ananias dan Safira ini jadi lengah, tak lagi bersandar pada kekuatan Allah. Memberi celah bagi Iblis untuk menggoda dan menguasai hati mereka.
2. Kemelekatan hati Ananias dan Safira hanya pada harta dan keuntungan diri semata. (kasus asset lahan, hasil penjualan tanah tak diserahkan sepenuhnya; mengambil hak sesuatu yang bukan haknya).
3. Membohongi (pengemban) otoritas Allah. Sama diartikan disini dengan telah mendustai Roh Kudus.
Resiko akibat yang dialami pasangan ini sangatlah fatal. Seolah tak terampuni. Jadi shock therapy, efek kejut luar biasa di tengah banyaknya signs and wonders yang terjadi masa itu. Masa yang tidak biasa. Zaman gereja perdana, masa istimewa.
Siapa tah yang ingin, mau alami pengalaman Ananias dan Safira?
Saya kira tidak ada.
Seperti masa pandemi sekarang, boleh jadi juga boleh memberi pelajaran berharga bagi kita.
Selalu waspada, berjaga, tetap belajar menguasai diri (ingat buah Roh jenis terakhir Galatia 5: 22). Jangan sampai kemelekatan pada harta dunia, 'selfishness' menjadi celah bagi Iblis untuk membuat kita jatuh terpuruk.
Setia pada yang benar, pada kebenaran, tak mendukakan serta mendustai Roh Kudus, seyogianya jadi pedoman hidup kita hingga memerdekakan kita jadi pribadi atau pasangan yang seutuhnya.
Hans Midas Simanjuntak.
20 Juni 2020.
No comments:
Post a Comment