Berikut adalah hasil penelitian Transforma Sarana Media (TSM) terhadap 100 orang sarjana baru lulus, khususnya berlatar belakang kristen (protestan) dan katolik di 8 kota besar tanah air, lulusan S1 dan D3 perguruan tinggi, dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah tinggi. Survey memakai metoda focus sharing interview (FSI), pada periode Maret-Apr 2007.
Inilah kira2 rangkuman fakta pandangan kualitatif mereka terhadap delapan bidang/dunia lingkungan di sekitar mereka.
Fakta Bidang Pribadi (Personality)
Para sarjana baru lulus yang usianya berkisar 20-26 tahun, umumnya menyatakan semakin perlu bimbingan, arahan dan ‘contoh nyata’ yang konsisten dari pembimbing, senior (jangan seperti yang di IPDN lah..), pembina yang mumpuni, agar bisa eksis di tengah era perubahan seperti sekarang yang kadang2 datang mengalir ‘tak terduga’. Umumnya mereka mengakui masih belum memiliki kepribadian (personality, sikap, perilaku) yang mantap dan seimbang (balanced) secara utuh (holistik) meliputi aspek-aspek: mental, jati-diri, ekonomi, fisik, etika-moral, spiritual, intelektual, emosional dan sosial (a.l. kesadaran/tanggung-jawab dalam keluarga, bergaul, politik, hukum, HAM dan lingkungan sebagai warga negara/warga masyarakat). Mereka memerlukan media penyemaian, penumbuh-kembangan dan pola pembinaan yang terarah agar aspek-aspek di atas dapat bertumbuh dan berkembang secara seimbang (balanced) dan sehat.
Fakta Dunia Pelayanan Gereja & Ministry
Sarjana baru lulus yang rindu melayani Tuhan di gereja dan masyarakat baik di bidang diakonia, koinonia maupun marturia termasuk pelayanan misi dan penginjilan, merasa ada memiliki hambatan untuk masuk ke lingkungan yang baru serta terjun langsung ke masyarakat untuk bidang2 di atas termasuk pelayanan di tengah masyarakat, misi dan penginjilan. Ini dikarenakan mereka belum sepenuhnya dilengkapi wawasan, pengetahuan, keterampilan praktis dan bekal sebagai ‘tent maker’. Mereka sebagai pelayan Tuhan, pelaku misi dan penginjil memerlukan media sebagai “jembatan” untuk bisa berhubungan (kontak, berkomunikasi personal) dengan lingkungan baru, dengan masyarakat yang akan dilayani/diwartakan Kabar Baik.
Fakta Dunia Kerja (Karir/Profesi).
Dari berbagai survey yang dilakukan, menunjukan bahwa lamanya waktu sarjana baru yang menganggur di antara mereka, adalah lebih dari satu tahun. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang mencapai tiga tahun. Selain kompetensi keahlian, kendala utama para sarjana baru dalam memasuki dunia kerja adalah masalah karakter yang terdeteksi dalam perilaku. Dunia kerja cendrung mencari pekerja yang sudah memiliki pengalaman kerja. Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kepemilikan keahlian, karakter yang baik dan pengalaman. Faktor yang tidak bisa diabaikan adalah pemilikan orientasi hidup yang jelas ke depan. Umumnya para lulusan baru belum memiliki visi/misi yang jelas, pola pikir yang strategik dan ‘smart’.
Fakta Dunia Pendidikan (dan Training)
Umumnya diakui mereka bahwa dunia pendidikan/pendidikan tinggi di Indonesia belum mampu untuk menciptakan lulusan sarjana yang siap kerja (ready to work), apalagi yang siap sebagai entrepreneur/wirausaha (ready to be an entrepreneur). ‘Boro-boro’ menjadi entrepreneur, menjadi karyawan (employee) yang okay saja belum tentu bisa. Sebagai sarjana yang baru lulus mereka menyadari umumnya masih berada dalam tahapan ‘siap latih’ (ready to train). Sebagai tambahan saja, berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap sejumlah professional dan wirausahawan dalam panel 8 kota, diperoleh fakta bahwa diperkirakan hanya 5-10% saja dari ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah dapat diaplikasikan dalam realitas dunia kerja/dunia kewirausahaan mereka. Selebihnya, harus mereka dapatkan melalui training-training, studi lanjut/S2/ sekolah bisnis, praktek-praktek dan pengalaman ‘jatuh-bangun’ di dunia kerja/dunia wirausaha. Dengan demikian, training2/pendidikan lanjutan yang bersifat menambah wawasan, pengetahuan, ketrampilan2 praktis, attituted dan pengalaman masih sangat dibutuhkan guna memungkinkan mereka siap masuk dunia kerja atau siap menjadi seorang wirausaha handal. Maka, keterkaitan antara dunia pendidikan (tinggi), training dan pengalaman dunia kerja/dunia wirausaha sudah waktunya mesti semakin didekatkan/dipadukan, agar menjadi rangkaian mata2 rantai berkesinam-bungan.
Fakta Dunia Rumah Tangga Masa Kini
Fakta bahwa keutuhan keluarga/rumah tangga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan pilar gereja/bangsa, semakin mendapat ancaman tidak terbantahkan, menurut apa yang mereka liat dalam kehidupan sehari-hari dan lewat media-massa. Angka perceraian semakin meningkat. Salah satu faktor yang menye-babkan adalah ketidak-siapan pasangan khususnya para pasangan muda untuk menikah. Para sarjana baru lulus juga merasa tidak lepas dari problema seperti ini. Dilema persoalan berupa kewajiban untuk membantu orang tua/adik-adik, rencana berumah-tangga dan memilih karir menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk dilalui. Sebab itulah pelatihan, coaching, konseling serta pembinaan2 pemantapan bidang keluarga, jodoh, terkait pilihan karir dan pelayanan menjadi sangat penting mereka rasakan dan butuhkan.
Fakta Bidang Wawasan/Worldview
Tak dapat disangkal jika bidang pengembangan worldview sarjana baru lulus, apalagi terkait dengan cara pandang Kristen (Christian worldview), mereka rasakan masih sangat kurang mendapat perhatian dalam pembekalan/ pembinaan2 gerejawi dan pelayanan Kristen secara umum di tanah air. Padahal bidang ini mereka rasakan semakin diperlukan bagi pengembangan sarjana lulus agar dapat lebih memahami cara pandang yang benar terhadap dunia, memahami visi, arah dan tujuan hidup yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Bidang2 kehidupan apa saja yang dapat dimasuki serta keterkaitan antara bidang kehidupan yang satu dengan yang lainnya. Bagaimana keterkaitan antara cara pandang global dan lokal, hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan, antara agama dan negara/ masyarakat, dst. Hal ini akan membantu sarjana baru lulus untuk lebih berpikiran cerdas, bijaksana, ‘open-minded’ dan smart.
Fakta Dunia Politik, Pemerintahan dan Birokrasi.
Umumnya para sarjana baru lulus ini bersikap skeptis terhadap kondisi politik, pemerintahan, birokrasi dan tindak-tanduk orpol dewasa ini. Namun, bagi mereka yang waktu mahasiswa cukup sering demo terjun ke jalan, masih ada terbersit keinginan untuk terjun di dunia politik, baik lewat ormas maupun orpol yang ada. Mereka sangat mendambakan politicians yang berpikir jangka panjang, tidak hanya berwatak ‘dagang sapi’ dan mengeduk harta untuk kantong sendiri, keluarga sendiri atau kas partai sendiri’. Sedih meliat munculnya kasus PP 37 yang lalu. Mbah Marijan orang biasa saja koq bisa jadi contoh yang baik. Sangat prihatin terhadap perkembangan partai2 sekarang. Termasuk PDS yang pecah dua. Koq jaringan doa nasional yang ‘konon’ ada di 550 kota besar dan kecil di tanah air, mau dipolitisasi jadi basis politik massa oleh tokoh2 tertentu. Doa untuk bangsa dan niat politik praktis untuk golongan sendiri, dari dulu menjadi masalah pelik. Birokrasi juga sangat sulit direformasi. Dari dulu keadaannya begitu2 saja. Liat kasus Paribas uangnya Tommy terkait Menhukam Hamid Awaluddin dan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra.
Namun cukup banyak sarjana baru lulus menginginkan bisa bekerja di instansi Pemerintahan, BUMN dan birokrasi. Jalur aman, menurut mereka. Contoh2 dari alumni PT senior mereka, juga menunjukkan hidupnya ‘lebih mantap’ dan berada dalam ‘jalur aman’ jika bisa merintis karir di BUMN, instansi dan dinas2 pemerintah dan birokrasi. Dunia politik, pemerintahan dan birokrasi: diprihatinkan, skeptis, tapi dirindukan pula untuk berkarir di sana!
Fakta Bidang Lingkungan (Sosial, Alam)Kesadaran sosial dan kesadaran lingkungan dari masyarakat di tanah air mereka pandang juga masih sangat minim. Terbukti sebagai contoh: Banjir Jakarta beserta banjir2 bandang lainnya di berbagai daerah (Trenggalek, Manggarai Flores, Sinjai Sulsel dll). Kenyataan juga masih demikian lebarnya jurang pemisah antara yang ‘si kaya dan ‘si miskin’, serta banyaknya terjadi musibah bencana-bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, lumpur panas, kasus2 yang menjurus kepada ‘Minamata case’, tidak menentunya cuaca, hancurnya eko-system, fenomena pemanasan global dlsb yang disebabkan kurang-sadarnya masyarakat akan arti penting pelestarian lingkungan. Sarjana baru lulus merasa merupakan bagian inheren masyarakat yang harus dibina kesadarannya akan arti penting kesadaran lingkungan sosial (rasa kemanusiaan, solidaritas sosial, modal sosial) dan lingkungan alam yang sehat dan lestari, guna menjadi kehidupan yang lebih baik bukan hanya untuk masa sekarang, tetapi juga untuk masa yang akan datang bagi generasi penerus umat manusia.
Bagaimana pendapat para sarjana baru lulus yang lain? Pertanyaan lebih jauh adalah: Jika kita adalah para Senior, kira2 apakah yang bisa kita buat 'what must we do' untuk mereka, adik-adik yang baru saja lulus dari perguruan tinggi (D3/S1)guna mengarahkan, membimbing mereka menjadi calon2 pemimpin berkualitas di masa 10-20 tahun mendatang?
Bagaimana pun mereka adalah calon-calon ‘kusuma bangsa’, calon2 pemimpin baru di masa mendatang. Leaders the next. Kalau lembaga kristen seperti Perkantas punya motto “Student Today, Leader Tomorrow’, maka mungkin khusus untuk para sarjana baru lulus ini, perlu ada bentuk pelayanan atau pendidikan khusus bagi mereka (lagi) dengan motto “Fresh Graduate Today, Leader Tomorrow’.
Salam hangat,
Hans Midas Simanjuntak (HMS) :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment