"Tetapi kalian akan mendapat kuasa, kalau Roh Allah sudah datang kepadamu. Dan kalian akan menjadi saksi-saksi untuk-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8).
Pelayanan Kristen terpadu di Luwuk Kab Banggai dalam 3 tahun terakhir telah banyak menunjukkan hasil. Setelah pada waktu yang lalu program transformasi dengan pola mendistribusikan Alkitab berhasil dijalankan, kini pemberdayaan pertanian melalui pengadaan unit traktor-mini di jemaat GKLB wilayah Toili telah direalisasi dengan baik.
Dampak pelayanan Bpk Hans Midas Simanjuntak pada bulan Oktober 2005 yang lalu, semakin dirasakan bermanfaat menambah wawasan rohani dan kematangan organisasi kelembagaan termasuk sosialisasi follow up pemberlakukan UU Yayasan No 28/2004 bagi pengurus Sinode GKLB dan pengurus/direktur/staff Yayasan Bina Kasih (YBK) yang ikut hadir pada seminar lalu.
Tim misi juga telah melakukan audit, monitoring & evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan pelayanan jemaat, pengadaan air bersih, pompanisasi dan pengentasan kemiskinan yang dialami oleh jemaat. Distribusi pembagian Alkitab yang telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu, nyatanya masih terus bergulir dengan baik hingga sekarang. Demikian juga sistem komputerisasi administrasi guna mensupport efektivitas pelayanan YBK (Diamond's Software) mampu dijalankan dengan sangat baik.
Ke depan masih sangat dibutuhkan program-program seperti bantuan Alkitab untuk kegiatan bible-study jemaat, seminar kepemimpinan rohani dan peningkatan SDM, capacity building, pompanisasi dan air bersih terutama untuk wilayah utara Luwuk, Bungin, Bunta, Toili bagian selatan dan Pagimana.
Tuesday, October 30, 2007
Sunday, October 28, 2007
Semilok Kemandirian dan Semangat Entrepreneurship berdasar Perspektif Kristen, 20-21 Okt 2007 di Jakarta dan Rencana 9-11 Nop 2007 di Dramaga Bogor
"Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan" (Efesus 4:28)
Bekerjasama secara sinergis dengan Yayasan Edelweis Sejahtera (YES), lembaga pelayanan konsultansi kristen "MAXIMA Consulting" dan mendapat dukungan fasilitasi dari International Labor Organization (ILO) Badan PBB yang berpusat di Jenewa Swiss, Bpk Hans Midas Simanjuntak, pimpinan El-Trinitas Ministry Indonesia telah berhasil meretas program seminar lokakarya (semilok) "Kemandirian dan Semangat Entrepreneurship berdasar Perspektif Kristen" di Graha YES Jakarta Utara, tanggal 20-21 Okt, 27-28 Okt dan 3-4 Nop 2007 yang baru lalu. Respons dari para peserta yang merasakan manfaat program ini begitu baik. Tampak dari feedback, evaluasi dan reaksi harian yang dilontarkan berikut follow-up riel yang akan dijalankan masing-masing kelompok peserta.
Para peserta adalah mereka yang sangat rindu, berhasrat untuk berbuat sesuatu untuk meningkatkan kemandirian hidup mereka serta mampu membangun semangat entrepreneurship secara benar seturut talenta yang telah dianugerahkan Tuhan atas hidup mereka. Jumlah peserta terbatas 20 orang "entrepreneud leaders" untuk tahap pertama. Semilok paralel lanjutan telah pula diadakan di tempat yang sama pada tanggal 27 Oktober dan 3-4 Nopember 2007, dengan peserta yang berbeda.
Selanjutnya, Badan Pengurus Harian (BPH) Persekutuan Mahasiswa Kristen berencana akan mengorganize seminar lokakarya yang sama pada tanggal 9-11 Nopember 2007 di Kampus IPB Dramaga Bogor, dengan jumlah peserta 25 orang. Bertindak sebagai pembicara-trainer dan fasilitator Bpk Hans Midas Simanjuntak, didampingi oleh Ir Maria EM dan trainer dari lembaga pelayanan IMC Jakarta, Bpk. Kristiantoro.
Melalui seminar lokakarya ini peserta semakin diyakinkan bahwa jiwa kemandirian dan semangat entrepreneurship dengan ditinjau dari perspektif Kristen sangat dibutuhkan sebagai pilar kehidupan baik pribadi, keluarga maupun komunitas. Bahkan secara agregat, jiwa dan semangat ini menjadi pilar penting bagi penciptaan keadilan dan kesejahteraan masyarakat bangsa.
Bukan saja untuk anggota jemaat, klerus gereja dan kalangan kristen, seminar lokakarya "Membangun Jiwa Kemandirian dan Semangat Entrepreneurship" untuk kalangan masyarakat umum pun secara serentak telah dilaksanakan di sejumlah kota. Bekerjasama dengan Tim Millenium-19 sejak medio September 2007 hingga 30 Nopember 2007 ini, semilok telah diadakan di kota-kota Surabaya, Nganjuk Jatim, Yogyakarta, Sumedang, Indramayu dan Banda Aceh NAD dengan melibatkan hampir 15 orang motivator trainer builder berpengalaman. Dihadiri oleh ratusan orang peserta yang ingin memiliki jiwa mandiri berikut semangat entrepreneurship yang benar, telah menerima manfaat nyata [anw-19].
Bekerjasama secara sinergis dengan Yayasan Edelweis Sejahtera (YES), lembaga pelayanan konsultansi kristen "MAXIMA Consulting" dan mendapat dukungan fasilitasi dari International Labor Organization (ILO) Badan PBB yang berpusat di Jenewa Swiss, Bpk Hans Midas Simanjuntak, pimpinan El-Trinitas Ministry Indonesia telah berhasil meretas program seminar lokakarya (semilok) "Kemandirian dan Semangat Entrepreneurship berdasar Perspektif Kristen" di Graha YES Jakarta Utara, tanggal 20-21 Okt, 27-28 Okt dan 3-4 Nop 2007 yang baru lalu. Respons dari para peserta yang merasakan manfaat program ini begitu baik. Tampak dari feedback, evaluasi dan reaksi harian yang dilontarkan berikut follow-up riel yang akan dijalankan masing-masing kelompok peserta.
Para peserta adalah mereka yang sangat rindu, berhasrat untuk berbuat sesuatu untuk meningkatkan kemandirian hidup mereka serta mampu membangun semangat entrepreneurship secara benar seturut talenta yang telah dianugerahkan Tuhan atas hidup mereka. Jumlah peserta terbatas 20 orang "entrepreneud leaders" untuk tahap pertama. Semilok paralel lanjutan telah pula diadakan di tempat yang sama pada tanggal 27 Oktober dan 3-4 Nopember 2007, dengan peserta yang berbeda.
Selanjutnya, Badan Pengurus Harian (BPH) Persekutuan Mahasiswa Kristen berencana akan mengorganize seminar lokakarya yang sama pada tanggal 9-11 Nopember 2007 di Kampus IPB Dramaga Bogor, dengan jumlah peserta 25 orang. Bertindak sebagai pembicara-trainer dan fasilitator Bpk Hans Midas Simanjuntak, didampingi oleh Ir Maria EM dan trainer dari lembaga pelayanan IMC Jakarta, Bpk. Kristiantoro.
Melalui seminar lokakarya ini peserta semakin diyakinkan bahwa jiwa kemandirian dan semangat entrepreneurship dengan ditinjau dari perspektif Kristen sangat dibutuhkan sebagai pilar kehidupan baik pribadi, keluarga maupun komunitas. Bahkan secara agregat, jiwa dan semangat ini menjadi pilar penting bagi penciptaan keadilan dan kesejahteraan masyarakat bangsa.
Bukan saja untuk anggota jemaat, klerus gereja dan kalangan kristen, seminar lokakarya "Membangun Jiwa Kemandirian dan Semangat Entrepreneurship" untuk kalangan masyarakat umum pun secara serentak telah dilaksanakan di sejumlah kota. Bekerjasama dengan Tim Millenium-19 sejak medio September 2007 hingga 30 Nopember 2007 ini, semilok telah diadakan di kota-kota Surabaya, Nganjuk Jatim, Yogyakarta, Sumedang, Indramayu dan Banda Aceh NAD dengan melibatkan hampir 15 orang motivator trainer builder berpengalaman. Dihadiri oleh ratusan orang peserta yang ingin memiliki jiwa mandiri berikut semangat entrepreneurship yang benar, telah menerima manfaat nyata [anw-19].
Sunday, October 21, 2007
Follow Up pemulihan Bengkulu pasca Gempa masih sangat diperlukan
"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah" (Ibrani 13:16).
"Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem" (Roma 15: 25-26).
"Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea" (Kisah 11: 29).
Sejak terjadinya gempa 7.9SR di Bengkulu dan wilayah lainnya dan masyarakat korban khususnya di Bengkulu dan Bengkulu Utara masih dirasa sangat dibutuhkan.
Setelah fase tanggap darurat dan disaster rescue lewat, kini upaya-upaya pemulihan (recovery) bagi jemaat dibutuhkan jemaat dan masyarakat di Bengkulu, seperti di daerah Lais dan Bengkulu Utara, berupa upaya rehabilitasi dan rekonstruksi rumah-rumah dan fasilitas-fasilitas umum/sosial yang rusak bahkan rusak berat. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah upaya recovery sosial-ekonomi bagi keluarga korban dan komunitas yang sempat porak-poranda.
Kegiatan yang segera harus dilaksanakan adalah:
- Perbaikan rumah-rumah yang roboh, rusak berat.
- Perbaikan balai-balai (pertemuan) desa.
- Kegiatan kelompok-kelompok jemaat khususnya jemaat Gekkesia, Katolik, dll perlu diaktifkan kembali seperti sedia kala.
- Pelayanan-pelayanan konseling, doa dan "trauma-healing" bagi korban.
- Reaktivasi kelompok-kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang sempat hancur dan terhenti, perlu dilakukan.
Untuk yang terakhir ini, sangat diperlukan penguatan peran Yayasan Duta Bhakti Makmur (YDBM)pimpinan Bro W Supardi dalam pembinaan Pdt M Cukra, untuk membangkitkan kembali semangat hidup dan aktivitas sosial-ekonomi jemaat dan masyarakat Bengkulu Bengkulu Utara) pasca gempa. Sinergi pelayanan pemulihan sangat diperlukan dengan berbagai pihak, agar "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".
Daerah pesisir pantai Bengkulu yang terdiri dari para nelayan, perlu ditolong untuk memulihkan kehidupan mereka. Pemerintah, gereja setempat (Gekkesia, Katolik, dll), organisasi Kristen, LSM, koperasi dan swasta (seperti Bank Perkreditan Rakyat)dsb perlu bahu-membahu agar penderitaan jemaat dan rakyat Bengkulu dapat diringankan.
Postingan 13 Sept 2007:
Dear saudara2 dalam kasih Kristus,
Gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, Rabu (12-9), pukul 18.10, kembali mengguncang Bengkulu dan sekitarnya. Getaran kuat yang berpotensi tsunami terasa hingga ke Padang, Jambi, Pekanbaru, Lampung, dan Jakarta. Bahkan Singapura, Malaysia, Thailand dan Srilanka. Meski kemudian pengumuman BMG sudah dicabut tentang tidak jadinya tsunami, namun puluhan bahkan ratusan rumah rusak, roboh dan luluh lantak. Pagi ini (13-9) gempa susulan terjadi lagi dengan skala 7.7 SR yang menghempas bukan saja Bengkulu, tapi juga Padang dan Painan (Sumbar bagian selatan).
Sekali lagi menyusul skala 6.7 SR di Sungai Penoh Jambi. Sore ini (13-9) terjadi lagi gempa namun bukan di Sumatera, tapi di Sulawesi Utara.
Mari kita doakan mereka dengan sungguh2, agar korban dapat tertangani, terevakuasi dengan cepat dan terselematkan. Jika anda dan saya tergerak, dapat membantu dengan obat2an, selimut, mie instant, tenda, dsb. JIka anda tergerak, bisa forward email ini ke yang lain.
Berikut sms yang saya terima tadi malam dari Bro Supardi di Bengkulu, sobat perjuangan dan perwakilan sesama pelayanan paguyuban kristen BAKTI NUSA yang ada di Bengkulu tepatnya Bengkulu Utara, yang sangat dekat dengan pusat gempa (90-100 km). Bro. Supardi juga aktivis jemaat kristen kristiani di Argamakmur Bengkulu Utara Prop Bengkulu.
Begini bunyi sms nya tadi malam jam 19:15 kepada saya: (12/9): "Maaf Pak Hans, baru balas. Sulit dihubungi, komunikasi sulit sekali. Kami semua tidur di luar sekarang. Gempa2 susulan terus saja terjadi sejak jam 18:15 tadi yang 7.9 SR. Rumah2 kami mulai terus retak2, tetangga2, hampir semua deh. Pusat gempa sangat dekat dengan kami. Getaran terus tiap 10 menit. Listrik semua padam Pak. Bikin suasana sangat mencekam. Dukung kami, doakan kami Pak".
Sms berikutnya jam 24:10: "Maaf Pak HMS, saya dan tim ngga bisa masuk kantor, pada rusak nih. Semua anggota tim masing2 sibuk dengan urusan masing2. Kami sedang usahakan posko efektif"
Sms berikutnya jam 10:23 (13-9): "Tadi saya liat korban lagi. Seorang ketimpa pohon dan bangunan yang roboh seketika akibat gempa. Puluhan bahkan ratusan rumah bangunan2 pada rusak Pak. Korban tewas dan luka berat ringan saya dapat infonya sudah puluhan, yang lain masih dicari. Mulai dari yang ringan sampe rusak berat. Rumah saya dan anggota tim saya juga pada rusak nih. Anak saya juga yang kecil, sebentar2 nangis nih. Ngga mau saya tinggal. Mungkin sekali dia trauma meliat kejadian ini".
Rekan milist, saudara seiman Shirley di Padang sampai hari ini masih saya kontak. Padang juga tingkat kerusakannya sejak hari ini cukup luar biasa. Kita doakan agar Tuhan melindungi umat Tuhan, seluruh anak bangsa yang ada di sana.
Jika anda ingin informasi lebih jauh, dan mengupayakan bantuan, silakan hubungi:
Bro Supardi/Bro. Jonathan Cukra,
BAKTI NUSA - DBM BENGKULU.
Hp1. +62 813 67637660
Hp2. +62 813 673 53907
Pos1: Jalan Diponegoro BP 7, Bengkulu.
Pos2: Jalan Ir. Soekarno No. 12, Rama Agung Arga Makmur Bengkulu Utara, Bengkulu.
Tel-1: +62 737 521 172
Tel-2: +62 737 521 231
Tel-3: +62 737 522 361
Rek.Ac. Bank Mandiri (OL): No. 120-00-0114872-0 [M. Nusa Persada]
Salam kemanusiaan dlm Kristus,
Hans Midas Simanjuntak
Bengkulu News (12 Sept 2007)
Gempa Hebat Landa Sumatera:Bengkulu-Mentawai Luluh Lantak
BENGKULU (Lampost): Gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, Rabu (12-9), pukul 18.10, mengguncang Bengkulu dan sekitarnya. Getaran kuat yang berpotensi tsunami terasa hingga ke Padang, Jambi, Pekanbaru, Lampung, dan Jakarta.
Badan Meteorologi dan Geofisika mengatakan gempa bumi berpusat di 159 km barat daya Bengkulu, tepatnya di titik 4,67 derajat lintang selatan--101,13 derajat bujur timur dengan kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut.
Ribuan warga Bengkulu yang berdomisili di tepi pantai berhamburan keluar rumah dan berebut ke lokasi lebih tinggi untuk berlindung. Aliran listrik langsung padam.
Sejumlah ruas jalan di Kota Bengkulu retak-retak. Teriakan histeris masyarakat bercampur tangis perempuan dan anak-anak mewarnai gerak mereka ke kantor gubernur yang letaknya lebih tinggi. Sampai tadi malam, 2.000--3.000 warga mengungsi ke luar Kota Bengkulu.
Di Kabupaten Muko-Muko, Bengkulu, setidaknya empat gedung berlantai III luluh lantak, puluhan rumah rusak berat, dan ratusan rumah penduduk lain mengalami kerusakan.
Kepala Perwakilan Operator Seluler XL di Bengkulu, Dino, mengatakan saat kejadian orang saling berebut keluar dan berkendara dengan kecepatan tinggi. "Ada beberapa kecelakaan cukup parah di depan kantor saya," kata Dino saat dihubungi tadi malam.
Sementara itu, di Kepulauan Mentawai, Sumbar, masjid, gereja, dan kantor pos roboh. Warga menyelamatkan diri ke tempat-tempat tinggi karena khawatir tsunami.
Gempa kali ini mengakibatkan tujuh orang meninggal dan 17 luka-luka. Jumlah korban diperkirakan masih bertambah. "Di Pantai Panjang, Bengkulu, enam meninggal dan satu lagi meninggal di SMA Carolus, Lingkar Panjang," ujar Staf Pendataan Tanggap Darurat Departemen Sosial Felix Valentino, kemarin.
Tujuh tahun silam, tepatnya tanggal 4 Juni 2000, Bengkulu diguncang gempa tektonik berkekuatan 7,3 SR. Gempa tersebut menewaskan 88 orang, 959 luka-luka, dan 2.207 luka ringan.
Kepala BMG Sri Woro Harijono mengingatkan gempa Bengkulu berpotensi menimbulkan tsunami. "Gempa berpotensi tsunami karena semua persyaratan terpenuhi," kata Sri Woro.
Persyaratan terjadinya tsunami terpenuhi karena besar gempa lebih dari 6,3 SR dan posisi gempa di laut berkedalaman 10 km (laut dangkal). Namun, Deputi Sistem Data dan Informasi BMG Pusat Prih Harjadi, menyatakan peringatan bahaya tsunami resmi dicabut pukul 20.00.
Di Padang, Sumatera Barat, lampu di jalan-jalan utama dipadamkan. Penduduk yang tinggal 20 meter dari bibir pantai membawa tas untuk mengungsi ke tempat lebih tinggi. Sementara itu, warga Pekanbaru, Riau, juga tidak kalah paniknya dan berhamburan lari keluar rumah.
Gempa yang berlangsung 15 menit itu mengakibatkan sejumlah tiang listrik bergoyang. Khusus warga Kota Jambi, gempa merupakan sebuah peristiwa langka. Karena guncangannya terasa cukup kuat, gempa membuat sebagian besar warga Jambi berhamburan keluar rumah.
Guncangan gempa cukup keras ini dirasakan pula oleh warga Jakarta, khususnya yang berada di gedung-gedung bertingkat. Warga yang berada di gedung bertingkat seperti di lantai 20 sempat merasakan pusing.(ANS/W)
"Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem" (Roma 15: 25-26).
"Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea" (Kisah 11: 29).
Sejak terjadinya gempa 7.9SR di Bengkulu dan wilayah lainnya dan masyarakat korban khususnya di Bengkulu dan Bengkulu Utara masih dirasa sangat dibutuhkan.
Setelah fase tanggap darurat dan disaster rescue lewat, kini upaya-upaya pemulihan (recovery) bagi jemaat dibutuhkan jemaat dan masyarakat di Bengkulu, seperti di daerah Lais dan Bengkulu Utara, berupa upaya rehabilitasi dan rekonstruksi rumah-rumah dan fasilitas-fasilitas umum/sosial yang rusak bahkan rusak berat. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah upaya recovery sosial-ekonomi bagi keluarga korban dan komunitas yang sempat porak-poranda.
Kegiatan yang segera harus dilaksanakan adalah:
- Perbaikan rumah-rumah yang roboh, rusak berat.
- Perbaikan balai-balai (pertemuan) desa.
- Kegiatan kelompok-kelompok jemaat khususnya jemaat Gekkesia, Katolik, dll perlu diaktifkan kembali seperti sedia kala.
- Pelayanan-pelayanan konseling, doa dan "trauma-healing" bagi korban.
- Reaktivasi kelompok-kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang sempat hancur dan terhenti, perlu dilakukan.
Untuk yang terakhir ini, sangat diperlukan penguatan peran Yayasan Duta Bhakti Makmur (YDBM)pimpinan Bro W Supardi dalam pembinaan Pdt M Cukra, untuk membangkitkan kembali semangat hidup dan aktivitas sosial-ekonomi jemaat dan masyarakat Bengkulu Bengkulu Utara) pasca gempa. Sinergi pelayanan pemulihan sangat diperlukan dengan berbagai pihak, agar "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".
Daerah pesisir pantai Bengkulu yang terdiri dari para nelayan, perlu ditolong untuk memulihkan kehidupan mereka. Pemerintah, gereja setempat (Gekkesia, Katolik, dll), organisasi Kristen, LSM, koperasi dan swasta (seperti Bank Perkreditan Rakyat)dsb perlu bahu-membahu agar penderitaan jemaat dan rakyat Bengkulu dapat diringankan.
Postingan 13 Sept 2007:
Dear saudara2 dalam kasih Kristus,
Gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, Rabu (12-9), pukul 18.10, kembali mengguncang Bengkulu dan sekitarnya. Getaran kuat yang berpotensi tsunami terasa hingga ke Padang, Jambi, Pekanbaru, Lampung, dan Jakarta. Bahkan Singapura, Malaysia, Thailand dan Srilanka. Meski kemudian pengumuman BMG sudah dicabut tentang tidak jadinya tsunami, namun puluhan bahkan ratusan rumah rusak, roboh dan luluh lantak. Pagi ini (13-9) gempa susulan terjadi lagi dengan skala 7.7 SR yang menghempas bukan saja Bengkulu, tapi juga Padang dan Painan (Sumbar bagian selatan).
Sekali lagi menyusul skala 6.7 SR di Sungai Penoh Jambi. Sore ini (13-9) terjadi lagi gempa namun bukan di Sumatera, tapi di Sulawesi Utara.
Mari kita doakan mereka dengan sungguh2, agar korban dapat tertangani, terevakuasi dengan cepat dan terselematkan. Jika anda dan saya tergerak, dapat membantu dengan obat2an, selimut, mie instant, tenda, dsb. JIka anda tergerak, bisa forward email ini ke yang lain.
Berikut sms yang saya terima tadi malam dari Bro Supardi di Bengkulu, sobat perjuangan dan perwakilan sesama pelayanan paguyuban kristen BAKTI NUSA yang ada di Bengkulu tepatnya Bengkulu Utara, yang sangat dekat dengan pusat gempa (90-100 km). Bro. Supardi juga aktivis jemaat kristen kristiani di Argamakmur Bengkulu Utara Prop Bengkulu.
Begini bunyi sms nya tadi malam jam 19:15 kepada saya: (12/9): "Maaf Pak Hans, baru balas. Sulit dihubungi, komunikasi sulit sekali. Kami semua tidur di luar sekarang. Gempa2 susulan terus saja terjadi sejak jam 18:15 tadi yang 7.9 SR. Rumah2 kami mulai terus retak2, tetangga2, hampir semua deh. Pusat gempa sangat dekat dengan kami. Getaran terus tiap 10 menit. Listrik semua padam Pak. Bikin suasana sangat mencekam. Dukung kami, doakan kami Pak".
Sms berikutnya jam 24:10: "Maaf Pak HMS, saya dan tim ngga bisa masuk kantor, pada rusak nih. Semua anggota tim masing2 sibuk dengan urusan masing2. Kami sedang usahakan posko efektif"
Sms berikutnya jam 10:23 (13-9): "Tadi saya liat korban lagi. Seorang ketimpa pohon dan bangunan yang roboh seketika akibat gempa. Puluhan bahkan ratusan rumah bangunan2 pada rusak Pak. Korban tewas dan luka berat ringan saya dapat infonya sudah puluhan, yang lain masih dicari. Mulai dari yang ringan sampe rusak berat. Rumah saya dan anggota tim saya juga pada rusak nih. Anak saya juga yang kecil, sebentar2 nangis nih. Ngga mau saya tinggal. Mungkin sekali dia trauma meliat kejadian ini".
Rekan milist, saudara seiman Shirley di Padang sampai hari ini masih saya kontak. Padang juga tingkat kerusakannya sejak hari ini cukup luar biasa. Kita doakan agar Tuhan melindungi umat Tuhan, seluruh anak bangsa yang ada di sana.
Jika anda ingin informasi lebih jauh, dan mengupayakan bantuan, silakan hubungi:
Bro Supardi/Bro. Jonathan Cukra,
BAKTI NUSA - DBM BENGKULU.
Hp1. +62 813 67637660
Hp2. +62 813 673 53907
Pos1: Jalan Diponegoro BP 7, Bengkulu.
Pos2: Jalan Ir. Soekarno No. 12, Rama Agung Arga Makmur Bengkulu Utara, Bengkulu.
Tel-1: +62 737 521 172
Tel-2: +62 737 521 231
Tel-3: +62 737 522 361
Rek.Ac. Bank Mandiri (OL): No. 120-00-0114872-0 [M. Nusa Persada]
Salam kemanusiaan dlm Kristus,
Hans Midas Simanjuntak
Bengkulu News (12 Sept 2007)
Gempa Hebat Landa Sumatera:Bengkulu-Mentawai Luluh Lantak
BENGKULU (Lampost): Gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, Rabu (12-9), pukul 18.10, mengguncang Bengkulu dan sekitarnya. Getaran kuat yang berpotensi tsunami terasa hingga ke Padang, Jambi, Pekanbaru, Lampung, dan Jakarta.
Badan Meteorologi dan Geofisika mengatakan gempa bumi berpusat di 159 km barat daya Bengkulu, tepatnya di titik 4,67 derajat lintang selatan--101,13 derajat bujur timur dengan kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut.
Ribuan warga Bengkulu yang berdomisili di tepi pantai berhamburan keluar rumah dan berebut ke lokasi lebih tinggi untuk berlindung. Aliran listrik langsung padam.
Sejumlah ruas jalan di Kota Bengkulu retak-retak. Teriakan histeris masyarakat bercampur tangis perempuan dan anak-anak mewarnai gerak mereka ke kantor gubernur yang letaknya lebih tinggi. Sampai tadi malam, 2.000--3.000 warga mengungsi ke luar Kota Bengkulu.
Di Kabupaten Muko-Muko, Bengkulu, setidaknya empat gedung berlantai III luluh lantak, puluhan rumah rusak berat, dan ratusan rumah penduduk lain mengalami kerusakan.
Kepala Perwakilan Operator Seluler XL di Bengkulu, Dino, mengatakan saat kejadian orang saling berebut keluar dan berkendara dengan kecepatan tinggi. "Ada beberapa kecelakaan cukup parah di depan kantor saya," kata Dino saat dihubungi tadi malam.
Sementara itu, di Kepulauan Mentawai, Sumbar, masjid, gereja, dan kantor pos roboh. Warga menyelamatkan diri ke tempat-tempat tinggi karena khawatir tsunami.
Gempa kali ini mengakibatkan tujuh orang meninggal dan 17 luka-luka. Jumlah korban diperkirakan masih bertambah. "Di Pantai Panjang, Bengkulu, enam meninggal dan satu lagi meninggal di SMA Carolus, Lingkar Panjang," ujar Staf Pendataan Tanggap Darurat Departemen Sosial Felix Valentino, kemarin.
Tujuh tahun silam, tepatnya tanggal 4 Juni 2000, Bengkulu diguncang gempa tektonik berkekuatan 7,3 SR. Gempa tersebut menewaskan 88 orang, 959 luka-luka, dan 2.207 luka ringan.
Kepala BMG Sri Woro Harijono mengingatkan gempa Bengkulu berpotensi menimbulkan tsunami. "Gempa berpotensi tsunami karena semua persyaratan terpenuhi," kata Sri Woro.
Persyaratan terjadinya tsunami terpenuhi karena besar gempa lebih dari 6,3 SR dan posisi gempa di laut berkedalaman 10 km (laut dangkal). Namun, Deputi Sistem Data dan Informasi BMG Pusat Prih Harjadi, menyatakan peringatan bahaya tsunami resmi dicabut pukul 20.00.
Di Padang, Sumatera Barat, lampu di jalan-jalan utama dipadamkan. Penduduk yang tinggal 20 meter dari bibir pantai membawa tas untuk mengungsi ke tempat lebih tinggi. Sementara itu, warga Pekanbaru, Riau, juga tidak kalah paniknya dan berhamburan lari keluar rumah.
Gempa yang berlangsung 15 menit itu mengakibatkan sejumlah tiang listrik bergoyang. Khusus warga Kota Jambi, gempa merupakan sebuah peristiwa langka. Karena guncangannya terasa cukup kuat, gempa membuat sebagian besar warga Jambi berhamburan keluar rumah.
Guncangan gempa cukup keras ini dirasakan pula oleh warga Jakarta, khususnya yang berada di gedung-gedung bertingkat. Warga yang berada di gedung bertingkat seperti di lantai 20 sempat merasakan pusing.(ANS/W)
Saturday, October 20, 2007
Misi ke Sumba Barat dan Sumba Timur, 12-19 Oktober 2007
"Sungguh, Akulah yang dinanti-nantikan pulau-pulau yang jauh.." (Yesaya 60: 9a).
"Dengarkanlah Aku dengan berdiam diri, hai pulau-pulau; hendaklah bangsa-bangsa mendapat kekuatan baru! Biarlah mereka datang mendekat, kemudian berbicara; baiklah kita tampil bersama-sama untuk berperkara!" (Yesaya 41:1).
"Dalam sekejap mata keselamatan yang dari pada-Ku akan dekat, kelepasan yang Kuberikan akan tiba, dan dengan tangan kekuasaan-Ku Aku akan memerintah bangsa-bangsa; kepada-Kulah pulau-pulau menanti-nanti, perbuatan tangan-Ku mereka harapkan" (Yesaya 51:5).
Bersyukur pelayanan misi ke pulau Sumba yakni wilayah Sumba Barat dan Sumba Timur pada tanggal 12-19 Oktober 2007, telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Program misi kali ini adalah melakukan audit, monitoring dan evaluasi (MonEv) terhadap kegiatan program pemberdayaan jemaat terpadu yang dilakukan oleh sayap pelayanan diakonia Gereja Kristen Sumba (GKS) yaitu Yayasan Kuda Putih Sejahtera (YKPS) dan rintisan program baru yang dijalankan lembaga lokal independen Yayasan Empati Sumba (YES) yang berkantor di Waingapu, Sumba Timur.
Tim pelayanan misi ke pulau Sumba didukung oleh 2 orang, yaitu Ibu NY Budiasih didampingi oleh Bpk IM Suwita. Kunjungan ini mengikuti pelayanan misi Bpk Hans Midas Simanjuntak sebelumnya ke Sumba Barat/Barat Daya dan Sumba Timur yang dilakukan pada bulan Maret 2006 yang lalu, bersama tim Transformation Conncection Indonesia (TCI) hampir ke seluruh pelosok pulau. Masih sangat banyak daerah/lokasi yang mengalami sulitnya memperoleh air bersih hingga belasan & puluhan kilometer jauhnya.
Tim telah mengecek pula berjalannya bantuan sistem komputerisasi YKPS (Diamond Software), agar administrasi pelayanan dan keuangan kelembagaan dapat berjalan dengan baik.
Bantuan pendanaan untuk YKPS dan YES Sumba diperoleh dari sejumlah donatur yang empati terhadap keadaan yang dialami/dihadapi pulau Sumba. Program kegiatan terpadu yang telah dilakukan meliputi:
- program pengentasan kemiskinan/pemiskinan di daerah pesisir dan hinterland.
- follow-up penginjilan kepada suku asli tradisionil Sumba suku Merapu yang masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme.
- program penyediaan air bersih.
- intensifikasi pertanian lahan kering: jagung, cassava, dll dan microfinancing.
- penguatan kelembagaan dan pemberdayaan pendidikan keluarga jemaat.
- program pengadaan studio siaran radio lokal pulau Sumba: Global FM Sumba.
Telah banyak lokasi dan kelompok jemaat serta masyarakat di Sumba yang merasakan dampak positif dari program transformasi yang dijalankan, terutama 3 tahun terakhir ini.
Masih diperlukan dukungan dan pembenahan-pembenahan sekaitan program misi di pulau Sumba, yakni dalam hal aspek pembaharuan spiritualitas, wawasan hidup Kristen, korelasi Injil & budaya setempat, masalah tertib-administrasi dan manajemen lembaga, pelaporan dan efektifitas program. Anyhow, perjalanan tim misi kali ini telah memberikan sumbangsih sangat penting bagi penguatan dan pemberdayaan jemaat Kristen dan masyarakat di Sumba Barat dan Sumba Timur.
"Dengarkanlah Aku dengan berdiam diri, hai pulau-pulau; hendaklah bangsa-bangsa mendapat kekuatan baru! Biarlah mereka datang mendekat, kemudian berbicara; baiklah kita tampil bersama-sama untuk berperkara!" (Yesaya 41:1).
"Dalam sekejap mata keselamatan yang dari pada-Ku akan dekat, kelepasan yang Kuberikan akan tiba, dan dengan tangan kekuasaan-Ku Aku akan memerintah bangsa-bangsa; kepada-Kulah pulau-pulau menanti-nanti, perbuatan tangan-Ku mereka harapkan" (Yesaya 51:5).
Bersyukur pelayanan misi ke pulau Sumba yakni wilayah Sumba Barat dan Sumba Timur pada tanggal 12-19 Oktober 2007, telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Program misi kali ini adalah melakukan audit, monitoring dan evaluasi (MonEv) terhadap kegiatan program pemberdayaan jemaat terpadu yang dilakukan oleh sayap pelayanan diakonia Gereja Kristen Sumba (GKS) yaitu Yayasan Kuda Putih Sejahtera (YKPS) dan rintisan program baru yang dijalankan lembaga lokal independen Yayasan Empati Sumba (YES) yang berkantor di Waingapu, Sumba Timur.
Tim pelayanan misi ke pulau Sumba didukung oleh 2 orang, yaitu Ibu NY Budiasih didampingi oleh Bpk IM Suwita. Kunjungan ini mengikuti pelayanan misi Bpk Hans Midas Simanjuntak sebelumnya ke Sumba Barat/Barat Daya dan Sumba Timur yang dilakukan pada bulan Maret 2006 yang lalu, bersama tim Transformation Conncection Indonesia (TCI) hampir ke seluruh pelosok pulau. Masih sangat banyak daerah/lokasi yang mengalami sulitnya memperoleh air bersih hingga belasan & puluhan kilometer jauhnya.
Tim telah mengecek pula berjalannya bantuan sistem komputerisasi YKPS (Diamond Software), agar administrasi pelayanan dan keuangan kelembagaan dapat berjalan dengan baik.
Bantuan pendanaan untuk YKPS dan YES Sumba diperoleh dari sejumlah donatur yang empati terhadap keadaan yang dialami/dihadapi pulau Sumba. Program kegiatan terpadu yang telah dilakukan meliputi:
- program pengentasan kemiskinan/pemiskinan di daerah pesisir dan hinterland.
- follow-up penginjilan kepada suku asli tradisionil Sumba suku Merapu yang masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme.
- program penyediaan air bersih.
- intensifikasi pertanian lahan kering: jagung, cassava, dll dan microfinancing.
- penguatan kelembagaan dan pemberdayaan pendidikan keluarga jemaat.
- program pengadaan studio siaran radio lokal pulau Sumba: Global FM Sumba.
Telah banyak lokasi dan kelompok jemaat serta masyarakat di Sumba yang merasakan dampak positif dari program transformasi yang dijalankan, terutama 3 tahun terakhir ini.
Masih diperlukan dukungan dan pembenahan-pembenahan sekaitan program misi di pulau Sumba, yakni dalam hal aspek pembaharuan spiritualitas, wawasan hidup Kristen, korelasi Injil & budaya setempat, masalah tertib-administrasi dan manajemen lembaga, pelaporan dan efektifitas program. Anyhow, perjalanan tim misi kali ini telah memberikan sumbangsih sangat penting bagi penguatan dan pemberdayaan jemaat Kristen dan masyarakat di Sumba Barat dan Sumba Timur.
Friday, October 5, 2007
Usaha Gereja dalam Pelestarian Lingkungan Hidup.
[Telah dimuat dalam Buletin Narhasem HKPB Semper edisi Oktober 2007].
Gereja masa kini dan ke depan, khususnya para pemuda (naposo) dan remaja Kristen, mau tidak mau sangat ditantang dengan isu-isu permasalahan lingkungan yang banyak muncul akhir-akhir ini dan harus dihadapi.
Isu pemanasan global & dampaknya. Isu yang telah mendunia, mengundang perhatian banyak kalangan. Meskipun masih mengundang pro-kontra dalam pembahasannya di antara para scientist. Pemanasan global atau global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Kenaikan rata-rata itu kini mencapai 2 derajat Celsius per tahun. Penyebab utamanya adalah adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas gas asam arang (karbondioksida, CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer makin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Yang paling besar menyumbang emisi karbon ini adalah aktifitas pembangunan pabrik dan rumah kaca, pembakaran lahan dan bencana asap. Faktor-faktor ini mengakibatkan emisi karbon meningkat secara tajam, berakibat pada rusaknya lapisan ozon bumi. Perhitungan dan penelitian yang antara lain dilakukan laboratorium air Delft Hydraulics, menyatakan bahwa ternyata 2.000 juta ton gas asam arang (CO2) telah keluar tiap tahun akibat kebakaran tanah gambut di Kalimatan dan Sumatra. Pancaran gas asam arang di dunia saat ini mencapai 26.000 juta ton. Jika pancaran tanah gambut ikut dihitung, maka Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina sebagai negara terbesar pembuang gas CO2.
Pembangunan yang ’asal-asalan’ (baca: acak-acakan) dan semena-mena telah berlangsung dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Dampaknya lingkungan hidup rusak parah. Produsen primer di alam menjadi sakit bermasalah. Energi di ambang kritis, jaring2 makanan (food web) pupus, daur air kacau, emisi karbon meningkat secara eksponensiil. Banyak lahan makin sulit ditanami, menjadi lahan kritis, tidak subur. Unsur-unsur hidup, relung ekologis, populasi penduduk naik tanpa terkendali. Reproduksi keturunan tak berstrategi, suksesi ekologis ’mampet’, terumbu karang habis, komposisi atmosfer berubah. Bila lapisan ozon bumi rusak dan ”bolong”, maka panas ganda permukaan bumi akan melelehkan es di kutub. Ini membuat volume air laut dan gelombang pasang air laut naik secara sistematis. Meniscayakan ribuan pulau akan tenggelam, antara lain di Kep Maldives, Lautan Pasifik dan Maluku. Termasuk bagian utara Jakarta diprediksi akan tenggelam bila tak ada upaya pencegahan yang riel. Itu diperkirakan akan terjadi dalam 40-70 tahun ke depan.
Protokol Kyoto. Kerjasama internasional pada tahun 1997 di Kyoto Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (CO2 dan gas-gas lainnya), yang sangat merusak lapisan ozon dan berakibat kepada pemanasan global. Perjanjian ini adalah tindak-lanjut dari Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, dimana 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Presiden SBY di Sidang Umum PBB New York sekaitan Perjanjian ini, menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil peran lebih besar dan lebih aktif untuk komitmen pengurangan emisi karbon dalam kerjasama dengan negara-negara maju seperti AS, Rusia, Jepang, dll terkait bantuan dana dan teknologi.
Swalayan bencana karena rusaknya lingkungan. Beberapa tahun terakhir ini negeri ini semakin sering diterpa bencana. Bencana alam berupa banjir (seperti banjir Jakarta Maret 2007 lalu, banjir siklus 5 tahunan), kemarau panjang, tsunami seperti di Aceh & Pangandaran, gempa bumi (Aceh/Nias, Yogya/Klaten, Bengkulu), gunung berapi, kebakaran hutan (Sumatera, Kalimantan), tanah longsor (Kalsel, Sinjau Sulsel, Gorontalo, dll). Ambruknya TPA Bantar Gebang Bekasi dan TPA di Bandung Jawa Barat, yang menelan korban jiwa. Semua tak dapat dilepaskan akibat kondisi makin rusak dan parahnya lingkungan. Masalah lingkungan di negeri ini sudah sama-sama kita tahu: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia, tidak pernah lepas dari kemacetan); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo, Jawa Timur, dsb.
Kerusakan lingkungan harus segera dicegah, pelestarian dikerjakan! Sudah tiba saatnya Gereja, naposo dan remaja Kristen berbuat hal yang riel berkaitan dengan persoalan lingkungan. Tidak bisa lagi hanya dengan sebatas wacana. Namun, harus dalam bentuk kongkrit rencana aksi diupayakan. Mulai dari kesadaran diri pribadi. Keluarga. Bersama dengan pemerintah, sekolah/perguruan tinggi, perusahaan, media, LSM dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Komitmen untuk bersama menjadikan semua aspek kehidupan sebagai gaya hidup yang ramah lingkungan (environment friendly).
Hal-hal berikut menjadi kebutuhan & fokus utama untuk diperhatikan dengan seksama:
1) Ketersediaan air bersih (untuk minum, masak, cuci, dsb): dalam jumlah maupun kualitas.
2) Kebersihan udara bebas polusi, bebas dari pencemaran terutama di kota besar & industri.
3) Kesuburan tanah: meningkatkan kembali tingkat kesuburan tanah/lahan.
4) Tingkat keragaman biota: meningkatkannya kembali keanekaragaman hayati, misalnya melalui upaya reboisasi hutan gundul.
Arti lingkungan dan upaya pelestariannya. Wikipedia encyclopedia memberi batasan lingkungan hidup atau lingkungan sebagai: (1) Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada, (2) Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup, dan (3) Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama: a) Kombinasi berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup, dan b) Gabungan kondisi sosial dan budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/ komunitas mahluk hidup. Istilah lingkungan hidup atau lingkungan sering dipertukarkan dalam pengertian yang sama. Ilmu yang mempelajari persoalan lingkungan disebut Ekologi. Jika lingkungan dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut menjadi lebih jelas. Dalam konteks politik, lingkungan hidup bagi republik ini disebut Wawasan Nusantara. Menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim. Memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa ini menyelenggarakan kehidupan berbangsa, bernegara, beragama dan bermasyarakat.
Dengan batasan ini, lingkungan hidup atau persoalan lingkungan kini tidak dapat lagi dipandang hanya sekedar sebagai ”pemantas” belaka (Batak: ondeng) oleh manusia dan bagi manusia. Cara pandang, paradigma atau mindset antroposentrisme yang mungkin selama ini masih dianut, yakni menganggap manusia adalah segala-galanya, pusat dari sistem alam semesta, atau nilai tertinggi dalam menentukan setiap kebijakan lingkungan, sesungguhnya tidak dapat dipertahankan lagi. Kutipan terhadap bagian Alkitab, Kejadian 1: 26-28, yang ditafsirkan bahwa Allah memberi kewenangan penuh kepada manusia (yang “segambar” dengan-Nya), dan kemudian dijadikan alasan pembenaran bagi manusia untuk mengeksploitasi alam habis-habisan demi kepentingannya sendiri, sungguh merupakan hal yang naif, keliru dan tidak bisa diterima! Yang benar, adalah manusia adalah ciptaan Allah, bagian dari lingkungan yang diciptakan Allah. Cara pandang, paradigma mindset yang benar adalah Allah lah pusatnya, segala-galanya (teosentris) dan melaluiNya lingkungan diciptakan (ekosentris), bumi diciptakan (geosentris), sebagaimana kalangan Deep Ecology (DE) atau ”Ekologi Mendalam” menya-takannya.
Mengapa lingkungan perlu dilestarikan? Seperti ilustrasi tubuh, lingkungan itulah tubuhnya. Manusia adalah bagian dari tubuh itu sendiri. Bagian tubuh lain misalnya adalah hewan/binatang (fauna), tumbuhan vegetasi hutan (flora), material seperti: tanah, pasir, air, udara, batu, mineral, logam dst. Tubuh ’lingkungan’ ini diciptakan oleh Allah. Maka jika kita menghargai lingkungan, lingkungan dihargai dan dilestarikan, maka itu sama dengan kita menghargai Allah. Sama dengan kita mempermuliakan Allah. Lingkungan perlu dilestarikan bukanlah untuk pemuasan kebutuhan manusia, karena manusia memang bukan pusat segala-galanya di alam semesta. Pelestarian ini dilakukan adalah untuk kepentingan dan keperluan lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang lestari adalah lingkungan yang terus berkelanjutan (sustainable). Lingkungan lestari adalah tanda nyata dari kehadiran Allah yang memberi damai-sejahtera, keindahan, keseimbangan, kebaikan dan sukacita bagi semua makhluk, segenap ciptaan di seluruh persada jagad-raya.
Peran dan usaha gereja dalam pelestarian lingkungan? Sudah tiba saatnya Gereja mengambil peran aktif, jika memungkinkan mengambil tempat di barisan terdepan, guna menyadarkan khalayak bahwa cara pandang antroposentrisme sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Cara pandang itu harus diubah menjadi cara pandang teosentris (berpusat pada Allah), yang melaluinya kita dapat semakin menghargai lingkungan (ekosentris), di mana kita manusia hidup dan tinggal. Bersama-sama Allah sebagai mitraNya, dalam pimpinanNya, dan dengan makhluk ciptaan lainnya, Gereja seharusnya melakukan tugas restorasi, pemulihan dan pelestarian lingkungan.
1. Sebagai pembawa misi Allah, Gereja menjadi pemrakarsa awal, penghimbau, penegur sekaligus menjadi contoh terkait usaha pencegahan kerusakan lingkungan menjadi lebih parah, karena dampak pemanasan global dan berbagai bencana akibat faktor lingkungan. Tujuannya agar bumi dapat tetap layak dihuni oleh segenap makhluk. Hutan, pohon-pohon, hewan-hewan, tanah/lahan serta isinya, berikut sumberdaya alam lainnya (air bersih, udara, keragaman biota) untuk keperluan pemberdayaan dan kehidupan, hendaknya dipergunakan secukupnya/sewajarnya. Masih dalam batas-batas persediaan yang memungkinkan kehidupan dan pemberdayaan dapat tetap berlanjut. Berperiode jangka panjang, antar generasi. Tidak akan dibiarkan sampai habis dan punah. Melainkan masih tersisa, sehingga upaya pemberdayaan, hidup dan ketersediaan sumberdaya alam tadi dapat terus berkelanjutan bagi kepentingan generasi anak cucu mendatang.
2. Gereja disadarkan kembali bahwa mempermuliakan Tuhan berarti mencintai menghargai melestarikan lingkungan, di mana segenap ciptaan Allah hidup dan tinggal. Menghargai melestarikan lingkungan, berarti menghargai kehidupan berkelanjutan itu sendiri. Sikap penghargaan ini, mungkin bisa diekspresikan misalnya dalam ibadah ritual, melalui penggunaan pola liturgi yang bernuansakan ekologis, berisikan pesan-pesan pelestarian lingkungan. Di ranah publik, Gereja dapat mencanangkan gerakan penyadaran lingkungan di tengah masyarakat melalui program-program tertentu di sekolah-sekolah kristen yang didirikan, di rumah-rumah sakit kristen, melalui komunitas politisi dan birokrat kristen, media, multimedia, LSM-LSM di dalam dan disekitar gereja, dsb. Bila terjadi bencana akibat faktor lingkungan di satu tempat, Gereja dapat secara aktif terjun langsung dalam aktifitas lingkungan dan kemanusian. Melakukan tindakan darurat (emergency rescue), crisis response. Membantu misalnya dalam upaya evakuasi korban, penanganan saat bencana (terapi penyembuhan, trauma, psikis) dan pasca bencana misalnya dalam bentuk relief, rehabilitasi, rekonstruksi dan recovery sosial-ekonomi. Demikian juga dalam pencanangan gerakan, sebut saja gerakan pelestarian hutan (Gerhan), Gereja dapat berperan aktif melalui LSM-LSM kristen yang diprakarsainya.
3. Gereja dan warga jemaat kristen memprakarsai suatu cara pandang ’baru’ bahwa pementingan terhadap diri sendiri (individualisme) demi kebutuhan masyarakat yang lebih luas dan kecintaan penghargaan kepada lingkungan, harus dikendalikan, lebih bisa ditahan dan diperlembut (ingat buah Roh: penguasaan diri), namun bukan berarti rasa penghargaan terhadap diri pribadi menjadi hilang atau berkurang. Contoh kongkrit, misalnya jika transportasi umum kelak sudah semakin memadai dalam jumlah dan kualitas di Ibukota, maka dirasa lebih baik menggunakan fasilitas transportasi umum ketimbang mobil/kendaraan pribadi. Hal senada dilakukan pemerintah dan pengusaha terhadap hutan. Lebih berorientasi kepada upaya proteksi hutan yang pro-lingkungan, ketimbang upaya eksploitasi hutan yang pro-keuntungan rupiah/dollar investasi sesaat. Demikianpun dengan masalah kependudukan. Akan lebih baik mempertimbangkan faktor ekologis, ketimbang mengikuti naluri kebebasan individu dalam bereproduksi sebanyak-banyak jumlah anak tanpa mengindahkan nilai-nilai penting dari perencanaan keluarga atau keluarga berencana.
4. Secara spiritualitas ekologis, Gereja semakin peka dan menghargai lebih dalam kehidupan Allah Tritunggal. Allah yang secara penuh menjelma dalam Kristus meneguhkan nilai materi dari ciptaan. Kristus meneguhkan pentingnya nilai lingkungan. Maka doa juga menjadi bagian iman gereja yang berakar pada kasih kepada Allah dan kasih kepada lingkungan, ciptaan! Sekaitan ini, Gereja semakin peka terhadap aspek keadilan (justice), terutama bagi mereka yang terpinggirkan baik secara gender, strata sosial-ekonomi, ras, agama dlsb, yang dengannya Gereja dapat memprakarsai berbagai upaya dialog guna mengatasi kesenjangan atau ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada. Karena berbicara lingkungan, tentu mencakup pula persoalan ranah spiritualitas dan ranah sosial.
Apa yang bisa dilakukan warga HKBP Semper cq naposo remaja Narhasem? Bisa dilakukan dari hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, betul-betul menghemat pemakaian air bersih untuk keperluan memasak, mandi, mencuci, dsb. Menghemat pemakaian bahan bakar/BBM (pertamax, premium atau solar) untuk kendaraan bermotor, mobil atau sepeda motor. Ganti dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti bahan bakar jarak pagar (Jathropa). Kampanye menggunakan sepeda untuk ke sekolah, ke kampus atau tempat pekerjaan, merupakan hal yang sangat dihargai. Hemat pemakaian listrik, lampu-lampu rumah diganti dengan jenis lampu hemat energi, kebiasaan mematikan lampu, dsb.
Membuang sampah pada tempatnya, tidak sembarangan, menjadi kebiasaan yang baik dan dikomitmentkan. Dengan membiasakan diri memisahkan jenis sampah basah dan sampah kering. Tujuannya, untuk alternatif pengolahan bio kompos (pupuk organik) dan daur ulang menjadi material baru yang berguna. Contoh saja di IPPL Jakarta, ada pelatihan bagi remaja dan naposo agar mampu memanfaatkan sumberdaya seperti cabai, pepaya, tomat, dan lain sebagainya di berbagai pasar tradisional di Jakarta untuk dijadikan saos. Cabai, pepaya, tomat yang tidak dimanfaatkan pedagang karena pembusukan dimanfaatkan naposo dan remaja untuk ditingkatkan nilainya dengan cara membuat saos. Sehingga, pasar-pasar tradisional berkurang sampahnya.
Mendukung gerakan kebersihan lingkungan rumah, sekolah, gedung ibadah, tempat pekerjaan dari tumpukan sampah, lancarnya aliran air selokan, aliran kali dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir di bantaran kali hingga ke rumah-rumah warga. Naposo dan remaja mulai sekarang juga dapat bertekad membatasi mengurangi penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari plastik seperti tas kresek platik, tas plastik, bekas pembalut, sterioform – kotak pembungkus makanan dll (karena sangat sukar di daur ulang). Juga mengurangi penggunaan tissue basah dan tissue kering, karena dibuat melalui pengurangan/pembabatan pohon atau hutan. Padahal hutan dan pepohonan adalah media efektif untuk menghilangkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah banyak di udara. Menanam pohon baru, memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi adalah cara jitu mengurangi efek rumah kaca, perusakan ozon bumi dan dampak lebih besar dari pemanasan global. Jenis pohon yang bagus untuk ditanam a.l duwet, buni, menteng, gandaria, mahoni, kemang, lobi-lobi, mangga, jambu, durian, rambutan, kelapa hibrida, dan sawo duren.
Pemuda (naposo) dan remaja dapat menghemat pemakaian kertas yang bahan materialnya dari pohon. juga bisa terlibat dalam upaya pencegahan kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, ikut menyuarakan kesadaran akan pentingnya pengenalan alam sekitar, informasi terkait dampak pemanasan global, ledakan populasi dan bahaya bencana karena faktor lingkungan, lewat berbagai media apa saja yang bisa dikerjakan seperti membuat artikel majalah dinding (mading) dan buletin sekolah, milist, radio remaja, pagelaran musik, puisi dan kreativitas, kegiatan retret dan bible-camp, dsb.
Kalimat di bawah ini semoga bisa jadi perenungan kita:
”Jika pohon terakhir telah ditebang, jika sungai terakhir telah tercemar, jika ikan terakhir telah ditangkap, baru manusia akan sadar bahwa mereka tidak akan bisa makan uang.” (Green Peace).
“Bumi bisa mencukupi kebutuhan setiap orang (semua orang di muka bumi), tapi tak bisa mencukupi orang-orang (sebagian orang) yang rakus.” (Mahatma Gandhi)
”Mempermuliakan Tuhan caranya yang tepat adalah melalui menghargai lingkungan. Melestarikan lingkungan, adalah tanda seseorang mempermuliakan Tuhan (Anonym).
Soli Deo gloria.
Referensi:
1) Celia Deane-Drummond, 2006. Teologi & Ekologi, Buku Pegangan. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
2) http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup
3) Lingkungan Hidup, GKI Kayu Putih Jaktim.
4) Weinata Sairin, M.Th, 2000. Gereja, Agama-Agama dan Pembangunan Nasional. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5) http://hansmidassmjntk.blogspot.com/Archieve/Juni 2007. Istilah Kata Pembangun- an”: Masih Layakkah Kita Pergunakan dan Populerkan di Jaman Begini ??, artikel Hans Midas Simanjuntak lewat informasi Transforma Sarana Media.
Gereja masa kini dan ke depan, khususnya para pemuda (naposo) dan remaja Kristen, mau tidak mau sangat ditantang dengan isu-isu permasalahan lingkungan yang banyak muncul akhir-akhir ini dan harus dihadapi.
Isu pemanasan global & dampaknya. Isu yang telah mendunia, mengundang perhatian banyak kalangan. Meskipun masih mengundang pro-kontra dalam pembahasannya di antara para scientist. Pemanasan global atau global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Kenaikan rata-rata itu kini mencapai 2 derajat Celsius per tahun. Penyebab utamanya adalah adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas gas asam arang (karbondioksida, CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer makin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Yang paling besar menyumbang emisi karbon ini adalah aktifitas pembangunan pabrik dan rumah kaca, pembakaran lahan dan bencana asap. Faktor-faktor ini mengakibatkan emisi karbon meningkat secara tajam, berakibat pada rusaknya lapisan ozon bumi. Perhitungan dan penelitian yang antara lain dilakukan laboratorium air Delft Hydraulics, menyatakan bahwa ternyata 2.000 juta ton gas asam arang (CO2) telah keluar tiap tahun akibat kebakaran tanah gambut di Kalimatan dan Sumatra. Pancaran gas asam arang di dunia saat ini mencapai 26.000 juta ton. Jika pancaran tanah gambut ikut dihitung, maka Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina sebagai negara terbesar pembuang gas CO2.
Pembangunan yang ’asal-asalan’ (baca: acak-acakan) dan semena-mena telah berlangsung dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Dampaknya lingkungan hidup rusak parah. Produsen primer di alam menjadi sakit bermasalah. Energi di ambang kritis, jaring2 makanan (food web) pupus, daur air kacau, emisi karbon meningkat secara eksponensiil. Banyak lahan makin sulit ditanami, menjadi lahan kritis, tidak subur. Unsur-unsur hidup, relung ekologis, populasi penduduk naik tanpa terkendali. Reproduksi keturunan tak berstrategi, suksesi ekologis ’mampet’, terumbu karang habis, komposisi atmosfer berubah. Bila lapisan ozon bumi rusak dan ”bolong”, maka panas ganda permukaan bumi akan melelehkan es di kutub. Ini membuat volume air laut dan gelombang pasang air laut naik secara sistematis. Meniscayakan ribuan pulau akan tenggelam, antara lain di Kep Maldives, Lautan Pasifik dan Maluku. Termasuk bagian utara Jakarta diprediksi akan tenggelam bila tak ada upaya pencegahan yang riel. Itu diperkirakan akan terjadi dalam 40-70 tahun ke depan.
Protokol Kyoto. Kerjasama internasional pada tahun 1997 di Kyoto Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca (CO2 dan gas-gas lainnya), yang sangat merusak lapisan ozon dan berakibat kepada pemanasan global. Perjanjian ini adalah tindak-lanjut dari Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992, dimana 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Presiden SBY di Sidang Umum PBB New York sekaitan Perjanjian ini, menyatakan bahwa Indonesia akan mengambil peran lebih besar dan lebih aktif untuk komitmen pengurangan emisi karbon dalam kerjasama dengan negara-negara maju seperti AS, Rusia, Jepang, dll terkait bantuan dana dan teknologi.
Swalayan bencana karena rusaknya lingkungan. Beberapa tahun terakhir ini negeri ini semakin sering diterpa bencana. Bencana alam berupa banjir (seperti banjir Jakarta Maret 2007 lalu, banjir siklus 5 tahunan), kemarau panjang, tsunami seperti di Aceh & Pangandaran, gempa bumi (Aceh/Nias, Yogya/Klaten, Bengkulu), gunung berapi, kebakaran hutan (Sumatera, Kalimantan), tanah longsor (Kalsel, Sinjau Sulsel, Gorontalo, dll). Ambruknya TPA Bantar Gebang Bekasi dan TPA di Bandung Jawa Barat, yang menelan korban jiwa. Semua tak dapat dilepaskan akibat kondisi makin rusak dan parahnya lingkungan. Masalah lingkungan di negeri ini sudah sama-sama kita tahu: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia, tidak pernah lepas dari kemacetan); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo, Jawa Timur, dsb.
Kerusakan lingkungan harus segera dicegah, pelestarian dikerjakan! Sudah tiba saatnya Gereja, naposo dan remaja Kristen berbuat hal yang riel berkaitan dengan persoalan lingkungan. Tidak bisa lagi hanya dengan sebatas wacana. Namun, harus dalam bentuk kongkrit rencana aksi diupayakan. Mulai dari kesadaran diri pribadi. Keluarga. Bersama dengan pemerintah, sekolah/perguruan tinggi, perusahaan, media, LSM dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Komitmen untuk bersama menjadikan semua aspek kehidupan sebagai gaya hidup yang ramah lingkungan (environment friendly).
Hal-hal berikut menjadi kebutuhan & fokus utama untuk diperhatikan dengan seksama:
1) Ketersediaan air bersih (untuk minum, masak, cuci, dsb): dalam jumlah maupun kualitas.
2) Kebersihan udara bebas polusi, bebas dari pencemaran terutama di kota besar & industri.
3) Kesuburan tanah: meningkatkan kembali tingkat kesuburan tanah/lahan.
4) Tingkat keragaman biota: meningkatkannya kembali keanekaragaman hayati, misalnya melalui upaya reboisasi hutan gundul.
Arti lingkungan dan upaya pelestariannya. Wikipedia encyclopedia memberi batasan lingkungan hidup atau lingkungan sebagai: (1) Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada, (2) Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup, dan (3) Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama: a) Kombinasi berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup, dan b) Gabungan kondisi sosial dan budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/ komunitas mahluk hidup. Istilah lingkungan hidup atau lingkungan sering dipertukarkan dalam pengertian yang sama. Ilmu yang mempelajari persoalan lingkungan disebut Ekologi. Jika lingkungan dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut menjadi lebih jelas. Dalam konteks politik, lingkungan hidup bagi republik ini disebut Wawasan Nusantara. Menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim. Memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa ini menyelenggarakan kehidupan berbangsa, bernegara, beragama dan bermasyarakat.
Dengan batasan ini, lingkungan hidup atau persoalan lingkungan kini tidak dapat lagi dipandang hanya sekedar sebagai ”pemantas” belaka (Batak: ondeng) oleh manusia dan bagi manusia. Cara pandang, paradigma atau mindset antroposentrisme yang mungkin selama ini masih dianut, yakni menganggap manusia adalah segala-galanya, pusat dari sistem alam semesta, atau nilai tertinggi dalam menentukan setiap kebijakan lingkungan, sesungguhnya tidak dapat dipertahankan lagi. Kutipan terhadap bagian Alkitab, Kejadian 1: 26-28, yang ditafsirkan bahwa Allah memberi kewenangan penuh kepada manusia (yang “segambar” dengan-Nya), dan kemudian dijadikan alasan pembenaran bagi manusia untuk mengeksploitasi alam habis-habisan demi kepentingannya sendiri, sungguh merupakan hal yang naif, keliru dan tidak bisa diterima! Yang benar, adalah manusia adalah ciptaan Allah, bagian dari lingkungan yang diciptakan Allah. Cara pandang, paradigma mindset yang benar adalah Allah lah pusatnya, segala-galanya (teosentris) dan melaluiNya lingkungan diciptakan (ekosentris), bumi diciptakan (geosentris), sebagaimana kalangan Deep Ecology (DE) atau ”Ekologi Mendalam” menya-takannya.
Mengapa lingkungan perlu dilestarikan? Seperti ilustrasi tubuh, lingkungan itulah tubuhnya. Manusia adalah bagian dari tubuh itu sendiri. Bagian tubuh lain misalnya adalah hewan/binatang (fauna), tumbuhan vegetasi hutan (flora), material seperti: tanah, pasir, air, udara, batu, mineral, logam dst. Tubuh ’lingkungan’ ini diciptakan oleh Allah. Maka jika kita menghargai lingkungan, lingkungan dihargai dan dilestarikan, maka itu sama dengan kita menghargai Allah. Sama dengan kita mempermuliakan Allah. Lingkungan perlu dilestarikan bukanlah untuk pemuasan kebutuhan manusia, karena manusia memang bukan pusat segala-galanya di alam semesta. Pelestarian ini dilakukan adalah untuk kepentingan dan keperluan lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang lestari adalah lingkungan yang terus berkelanjutan (sustainable). Lingkungan lestari adalah tanda nyata dari kehadiran Allah yang memberi damai-sejahtera, keindahan, keseimbangan, kebaikan dan sukacita bagi semua makhluk, segenap ciptaan di seluruh persada jagad-raya.
Peran dan usaha gereja dalam pelestarian lingkungan? Sudah tiba saatnya Gereja mengambil peran aktif, jika memungkinkan mengambil tempat di barisan terdepan, guna menyadarkan khalayak bahwa cara pandang antroposentrisme sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Cara pandang itu harus diubah menjadi cara pandang teosentris (berpusat pada Allah), yang melaluinya kita dapat semakin menghargai lingkungan (ekosentris), di mana kita manusia hidup dan tinggal. Bersama-sama Allah sebagai mitraNya, dalam pimpinanNya, dan dengan makhluk ciptaan lainnya, Gereja seharusnya melakukan tugas restorasi, pemulihan dan pelestarian lingkungan.
1. Sebagai pembawa misi Allah, Gereja menjadi pemrakarsa awal, penghimbau, penegur sekaligus menjadi contoh terkait usaha pencegahan kerusakan lingkungan menjadi lebih parah, karena dampak pemanasan global dan berbagai bencana akibat faktor lingkungan. Tujuannya agar bumi dapat tetap layak dihuni oleh segenap makhluk. Hutan, pohon-pohon, hewan-hewan, tanah/lahan serta isinya, berikut sumberdaya alam lainnya (air bersih, udara, keragaman biota) untuk keperluan pemberdayaan dan kehidupan, hendaknya dipergunakan secukupnya/sewajarnya. Masih dalam batas-batas persediaan yang memungkinkan kehidupan dan pemberdayaan dapat tetap berlanjut. Berperiode jangka panjang, antar generasi. Tidak akan dibiarkan sampai habis dan punah. Melainkan masih tersisa, sehingga upaya pemberdayaan, hidup dan ketersediaan sumberdaya alam tadi dapat terus berkelanjutan bagi kepentingan generasi anak cucu mendatang.
2. Gereja disadarkan kembali bahwa mempermuliakan Tuhan berarti mencintai menghargai melestarikan lingkungan, di mana segenap ciptaan Allah hidup dan tinggal. Menghargai melestarikan lingkungan, berarti menghargai kehidupan berkelanjutan itu sendiri. Sikap penghargaan ini, mungkin bisa diekspresikan misalnya dalam ibadah ritual, melalui penggunaan pola liturgi yang bernuansakan ekologis, berisikan pesan-pesan pelestarian lingkungan. Di ranah publik, Gereja dapat mencanangkan gerakan penyadaran lingkungan di tengah masyarakat melalui program-program tertentu di sekolah-sekolah kristen yang didirikan, di rumah-rumah sakit kristen, melalui komunitas politisi dan birokrat kristen, media, multimedia, LSM-LSM di dalam dan disekitar gereja, dsb. Bila terjadi bencana akibat faktor lingkungan di satu tempat, Gereja dapat secara aktif terjun langsung dalam aktifitas lingkungan dan kemanusian. Melakukan tindakan darurat (emergency rescue), crisis response. Membantu misalnya dalam upaya evakuasi korban, penanganan saat bencana (terapi penyembuhan, trauma, psikis) dan pasca bencana misalnya dalam bentuk relief, rehabilitasi, rekonstruksi dan recovery sosial-ekonomi. Demikian juga dalam pencanangan gerakan, sebut saja gerakan pelestarian hutan (Gerhan), Gereja dapat berperan aktif melalui LSM-LSM kristen yang diprakarsainya.
3. Gereja dan warga jemaat kristen memprakarsai suatu cara pandang ’baru’ bahwa pementingan terhadap diri sendiri (individualisme) demi kebutuhan masyarakat yang lebih luas dan kecintaan penghargaan kepada lingkungan, harus dikendalikan, lebih bisa ditahan dan diperlembut (ingat buah Roh: penguasaan diri), namun bukan berarti rasa penghargaan terhadap diri pribadi menjadi hilang atau berkurang. Contoh kongkrit, misalnya jika transportasi umum kelak sudah semakin memadai dalam jumlah dan kualitas di Ibukota, maka dirasa lebih baik menggunakan fasilitas transportasi umum ketimbang mobil/kendaraan pribadi. Hal senada dilakukan pemerintah dan pengusaha terhadap hutan. Lebih berorientasi kepada upaya proteksi hutan yang pro-lingkungan, ketimbang upaya eksploitasi hutan yang pro-keuntungan rupiah/dollar investasi sesaat. Demikianpun dengan masalah kependudukan. Akan lebih baik mempertimbangkan faktor ekologis, ketimbang mengikuti naluri kebebasan individu dalam bereproduksi sebanyak-banyak jumlah anak tanpa mengindahkan nilai-nilai penting dari perencanaan keluarga atau keluarga berencana.
4. Secara spiritualitas ekologis, Gereja semakin peka dan menghargai lebih dalam kehidupan Allah Tritunggal. Allah yang secara penuh menjelma dalam Kristus meneguhkan nilai materi dari ciptaan. Kristus meneguhkan pentingnya nilai lingkungan. Maka doa juga menjadi bagian iman gereja yang berakar pada kasih kepada Allah dan kasih kepada lingkungan, ciptaan! Sekaitan ini, Gereja semakin peka terhadap aspek keadilan (justice), terutama bagi mereka yang terpinggirkan baik secara gender, strata sosial-ekonomi, ras, agama dlsb, yang dengannya Gereja dapat memprakarsai berbagai upaya dialog guna mengatasi kesenjangan atau ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada. Karena berbicara lingkungan, tentu mencakup pula persoalan ranah spiritualitas dan ranah sosial.
Apa yang bisa dilakukan warga HKBP Semper cq naposo remaja Narhasem? Bisa dilakukan dari hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, betul-betul menghemat pemakaian air bersih untuk keperluan memasak, mandi, mencuci, dsb. Menghemat pemakaian bahan bakar/BBM (pertamax, premium atau solar) untuk kendaraan bermotor, mobil atau sepeda motor. Ganti dengan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti bahan bakar jarak pagar (Jathropa). Kampanye menggunakan sepeda untuk ke sekolah, ke kampus atau tempat pekerjaan, merupakan hal yang sangat dihargai. Hemat pemakaian listrik, lampu-lampu rumah diganti dengan jenis lampu hemat energi, kebiasaan mematikan lampu, dsb.
Membuang sampah pada tempatnya, tidak sembarangan, menjadi kebiasaan yang baik dan dikomitmentkan. Dengan membiasakan diri memisahkan jenis sampah basah dan sampah kering. Tujuannya, untuk alternatif pengolahan bio kompos (pupuk organik) dan daur ulang menjadi material baru yang berguna. Contoh saja di IPPL Jakarta, ada pelatihan bagi remaja dan naposo agar mampu memanfaatkan sumberdaya seperti cabai, pepaya, tomat, dan lain sebagainya di berbagai pasar tradisional di Jakarta untuk dijadikan saos. Cabai, pepaya, tomat yang tidak dimanfaatkan pedagang karena pembusukan dimanfaatkan naposo dan remaja untuk ditingkatkan nilainya dengan cara membuat saos. Sehingga, pasar-pasar tradisional berkurang sampahnya.
Mendukung gerakan kebersihan lingkungan rumah, sekolah, gedung ibadah, tempat pekerjaan dari tumpukan sampah, lancarnya aliran air selokan, aliran kali dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir di bantaran kali hingga ke rumah-rumah warga. Naposo dan remaja mulai sekarang juga dapat bertekad membatasi mengurangi penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari plastik seperti tas kresek platik, tas plastik, bekas pembalut, sterioform – kotak pembungkus makanan dll (karena sangat sukar di daur ulang). Juga mengurangi penggunaan tissue basah dan tissue kering, karena dibuat melalui pengurangan/pembabatan pohon atau hutan. Padahal hutan dan pepohonan adalah media efektif untuk menghilangkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah banyak di udara. Menanam pohon baru, memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi adalah cara jitu mengurangi efek rumah kaca, perusakan ozon bumi dan dampak lebih besar dari pemanasan global. Jenis pohon yang bagus untuk ditanam a.l duwet, buni, menteng, gandaria, mahoni, kemang, lobi-lobi, mangga, jambu, durian, rambutan, kelapa hibrida, dan sawo duren.
Pemuda (naposo) dan remaja dapat menghemat pemakaian kertas yang bahan materialnya dari pohon. juga bisa terlibat dalam upaya pencegahan kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, ikut menyuarakan kesadaran akan pentingnya pengenalan alam sekitar, informasi terkait dampak pemanasan global, ledakan populasi dan bahaya bencana karena faktor lingkungan, lewat berbagai media apa saja yang bisa dikerjakan seperti membuat artikel majalah dinding (mading) dan buletin sekolah, milist, radio remaja, pagelaran musik, puisi dan kreativitas, kegiatan retret dan bible-camp, dsb.
Kalimat di bawah ini semoga bisa jadi perenungan kita:
”Jika pohon terakhir telah ditebang, jika sungai terakhir telah tercemar, jika ikan terakhir telah ditangkap, baru manusia akan sadar bahwa mereka tidak akan bisa makan uang.” (Green Peace).
“Bumi bisa mencukupi kebutuhan setiap orang (semua orang di muka bumi), tapi tak bisa mencukupi orang-orang (sebagian orang) yang rakus.” (Mahatma Gandhi)
”Mempermuliakan Tuhan caranya yang tepat adalah melalui menghargai lingkungan. Melestarikan lingkungan, adalah tanda seseorang mempermuliakan Tuhan (Anonym).
Soli Deo gloria.
Referensi:
1) Celia Deane-Drummond, 2006. Teologi & Ekologi, Buku Pegangan. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
2) http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup
3) Lingkungan Hidup, GKI Kayu Putih Jaktim.
4) Weinata Sairin, M.Th, 2000. Gereja, Agama-Agama dan Pembangunan Nasional. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5) http://hansmidassmjntk.blogspot.com/Archieve/Juni 2007. Istilah Kata Pembangun- an”: Masih Layakkah Kita Pergunakan dan Populerkan di Jaman Begini ??, artikel Hans Midas Simanjuntak lewat informasi Transforma Sarana Media.
Subscribe to:
Posts (Atom)